Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Money

Karung Bekas Masih Diminati Pasar

26 Februari 2018   19:11 Diperbarui: 27 Februari 2018   07:39 2217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Promosi di Medsos/Doc Pribadi

Tahu kah anda, bawa barang bekas jika diseriusi dengan baik, maka akan bisa menghasilkan nilai ekonomis, seperti sekarang ini yang diilakukan oleh Tarwadi (36 th), salah satu pengusaha karung bekas yang sudah berpuluh tahun mengelola usaha ini dengan penuh kerja keras dan semangat tinggi untuk mengais rejeki keluarganya. Bahkan usaha ini juga diikuti semua keluarganya, ibarat warisan ilmu secara turun temurun usaha ini digelutinya. 

Usaha yang berada di Kelurahan Debong Lor, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal Provinsi Jawa Tengah masih diminati pasar, terbukti tiap hari bisa melayani pembeli dengan lancar, sehingga keuntungan yang didapat bisa untuk menghidupi keluarganya. Bahkan ada 8  karyawan yang setiap hari bekerja memilih dan memilah karung yang ada. Karung bekas terigu, harus dicuci di sungai agar bersih dari bekas terigu, lalu dikeringkan, dan di packing menjadi 50 karung dalam satu packing. 

Promosi di Medsos/Doc Pribadi
Promosi di Medsos/Doc Pribadi
Karung bekas ini bisa untuk perbaikan tanggul semi permanen (tindakan preventif) sebelum ada program perbaikan secara permanen dengan alat berat (becco), maka warga memilih beli karung bekas sebagai alternatif perbaikan tanggul biar air nanti tidak meluber ke sawah penduduk. 

Harga satu karung relatif murah, ada yang harga Rp 1200 bisa digunakan untuk tempat gabah, perbaikan tanggu, sedangkan untuk karung bekas untuk garam krosok (uyah) harganya selisih dikit, yang agak mahal adalah bekas kantong terigu, dijual kisaran Rp 1500 itupun tergantung belinya banyak atau sedikit. 

Bahan baku dibeli dari limbah pabrik yang punya stok karung habis pakai, pihaknya sudah punya pelanggan pabrik yang siap kirim atau bisa juga mengambil langsung di pabrik, lalu di packing dan dibawa ke rumahnya untuk di pilah mana yang baik dan mana yang kurang baik (sortir). 

Pelanggan yang sering membeli adalah pengusaha rumput laut, pengusaha rice mill yang butuh karung untuk bekatul atau dedak, termasuk bakul beras yang rutin tiap hari mengirimkan beras ke pasar beras. Sehingga dirinya pun punya pelanggan tetap yang setiap hari datang untuk membeli karungnya dan dijual kembali ke pengecer beras. 

Karung untuk beras ini sendiri ada ukuran karung tersendiri. Ada ukuran karung utuk beras 5 kg, ukuran karung untuk 15 kg dan ukuran karung 50 kg, Jenisnya juga berbagai macam ada jenis karung krem, Karung gabah, karung beras polos, karung laminating sampai dengan karung deisgn dengan printing maupun sablon. 

Dengan segala jenis ukuran dan macam karung yang diproduksi pabrik karung, secara potensi bahan baku bisa dibayangkan berapa banyak setiap harinya ada karung beras yang terbuang dan bisa di manfaatkan lagi untuk dijual kembali kepada pembeli yang membutuhkan. 

Salah satu pembeli Masroni (Brebes) menceritakan awalnya membeli produk karung bekas ini, karena ada donasi dari member facebook Celoteh Brebes Membangun untuk donasi karung yang diperuntukan upaya pencegahan banjir, berkas search google akhirnya ketemu alamat yang dituju, dan akhirnya tawar menawar pun terjadi, karung dibeli, lalu diserahkan kepada pihak yang membutuhkan, kalih ini diserahkan kepada Desa Jagalempeni yang punya program perbaikan tanggul dengan kerja bakti agar nantinya desanya tidak kembali banjir. 

Banyak donasi karung yang berminat ketika warga ini bergerak untuk kerja bakti, salah satunya dari Pokphand, Komunitas Kombes, Group sepeda Rocketer's, PKH, BPBD, PKS, Kospin Jasa, dan Member Group Facebook Celoteh Brebes Membangun (CBM). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun