Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menelisik Kehidupan Kampung Nelayan di Nusantara

29 Januari 2018   10:18 Diperbarui: 29 Januari 2018   11:43 1776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung nelayan di Gebang Losari/Foto Erry Pratama Putra

Kamar mandi umum dan sanitasinya langsung dibuang ke hilir sungai bahkan ada yang langsung buang hajat di muara sungai atau di muara air laut, jarang ke pembuangan khusus atau dikasih septitank untuk BABs. 

Di kampung nelayan seorang anak kadang diminta sama keluarganya untuk membantu menjual kue, memilih udang atau bersihkan hasil ikan laut, kadang juga disuruh ikut sama orangtua untuk berlayar, sehingga nasib pendidikan dan kesehatannya menjadi persoalan yang cukup serius, anak menjadi putus sekolah, tidak lanjut sekolah dan terkadang tidak sekolah. 

Saat suaminya kembali berlayar dengan perahunya, berbulan-bulan mereka tidak kembali, perempuan nelayan pun terkadang harus pinjam diwarung tetangga, kondisi ini dimaklumi bagi para pemilik toko sembako, terkadang saat anak disekolahkan, kemudian anak membutuhkan dana untuk pembiayaan atau uang living costnya, mereka pun harus ekstra mencari pinjaman ditempat yang lain. Model gali lobang tutup lobang pun dilakukan, akan terbayarkan saat suaminya kembali dari laut ke kampungnya. 

Untuk mengisi kehidupannya, para perempuan nelayan ini juga mencari pendapatan tambahan, dengan tujuan untuk menutupi beban hidup yang begitu banyak, mereka akan bertambah pinjamannya jika ada beban tambahan pada keluarganya karena anak dikampung nelayan relatif banyak, memiliki 2 anak saja hampir jarang, rata-rata lebih dari dua anak. 

Lewat 5 suku hebat inilah, Indonesia terkenal di segala penjuru dunia, sebagai negara maritim yang tangguh, belum lagi dengan kapal pinisi yang cuku terkenal sejak abad 14 sudah bertengger menuju P.Madagaskar Afrika sebuah perjalanan dan kehidupan pelaut yang berani dan tangguh. 

Semoga sebaran suku-suku yang ada dinusantara ini dan mereka telah menghuni di sepanjang muara sungai dan laut ini menjadi kampung yang bersih, tidak kumuh dan penghasilan mereka tidak mengalami kesulitan karena kebijakan atau kelangkaan hasil ikan di laut ini. Muncul obyek wisata baru kampung nelayan yang memiliki daya saing secara kompetitif dan komparatif.

Tuhan masih memberikan nasib terbaiknya  baik bagi nelayan kita. Bersyukurlah bagi nelayan nusantara ini, karena stok ikan masih banyak dan saat diberikan rejeki bertambah maka akan ditambahkan rejeki kita nantinya. Amin. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun