Semua petani bawang merah di Indonesia, dipastikan berharap agar harga beli produknya mahal, minimal bisa kembali modal, namun dalam empat bulan ini, para petani di Brebes dan juga daerah yang lain mengalami kerugian yang tidaklah umum dibandingkan tahun sebelumnya. Harga Jual di tingkat petani hingga bulan ini tergolong paling parah, per kilo saja Rp 4 ribu, belum yang bentuk rogolan (tanpa ada daunnya) eceran saja Rp 2-3ribu, sedangkan be'esan (sortiran paling akhir) atau untuk konsumsi bawang goreng cuma seribu per kilo.
Semua petani merasakan lemas dan tak berdaya sama sekali, harga obat sudah naik, bibit saat beli di harga Rp 18 ribu per Kg, setelah ditanam hingga 60 hari, harga jualnya kian parah. Kebijakan pusat pun semakin tidak berdaya untuk menaikkan atau menstabilkan harga bawang merah ini.
Sekarang sudah puluhan kabupaten/kota di Indonesia yang sudah bisa produksi bawang merah, awalnya mereka dibelajari, setelah lahan dan cara budidaya cocok, maka menyebarlah usaha tani ini. Dampaknya hasil tani bawang merah melimpah ruah, akibatnya semua harga turun di tingkat petani, bagi petani yang modalnya pas-pasan, maka semakin banyak hutang yang dia miliki, karena obat dan biaya operasional lebih banyak pinjam di toko obat atau pihak bank untuk usaha ini.
Sisi yang lain, bagi petani yang hanya merawat bibit bawang pun, nasibnya bingung karena bawang bibitnya semakin hari semakin tua, jika tidak segera dijual dikhawatirkan ruginya semakin banyak. Jika dijual segera, harga pun menurun terus. Maka satu-satunya jalan ya dijual paksa, yang penting bisa diganti lagi dengan bawang baru yang sudah kering dan siap dijadikan bibit lagi.
Bagi petani yang menanam bawang pun, berspekulasi dengan usaha yang ditekuni ini, namun jika harga jual hanya Rp 4 ribu, jelas tidak pernah mendapatkan manisnya usaha, tapi pahit getir tidak mendapatkan upah sama sekali.
Pembelian bawang merah 2 kilo yang dipelopori oleh Pemkab Brebes agar PNS membeli produk bawang merah minimal 2 Kg dengan harga Rp 18ribu itu pun hanya instan, tidak bisa memberikan solusi yang bisa menaikkan stabilitas produk ini. Makanya diprediksikan akan terjadi banyak pengangguran kentara dan juga orang miskin semakin bertambah, seiring dengan keterpurukan pada komoditas bawang merah ini.
Pasar induk pun ikut lesu, pasar pakaian dan juga dealer sepeda motor dan lainnya ikut merasakan efek domino ini, toko emas yang biasanya banyak yang membelinya, sekarang mereka berbondong-bondong menjual harta kekayaan berupa perhiasan dan harta yang lainnya, karena harus menutup pinjaman dan juga beban hidup keluarganya.Â
Pemerintah pusat dan provinsi serta kabupaten untuk segera merapatkan barisan terkait kebijakan stabilitas harga bawang di tingkat petani. Perlu dilakukan terobosan yang cepat dan tepat agar keterpurukan harga komoditas ini tidak terlalu lama tapi segera berakhir.Â
Sangat wajar jika beberapa media atau pegiat sosial melakukan aksi nyata untuk mengisukan keterpurukan harga bawang merah ini dan berharap para petinggi kebijakan pusat jangan cuma berpikir diatas meja saja tapi harus secara holistik dipecahkan bersama kondisi ini.Â
Semoga dalam beberapa hari ke depan ada secercah harapan atas harga jual bawang merah ini. Semakin stabil harga bawang semakin meningkat pertumbuhan ekonomi rakyatnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI