Saat masih kecil, diminta sama simbah, suruh mengambil daun pisang (godong) klutuk, pisaunya ditaruh disela bambu paling pucuk, kemudian dikasih ilmu sama simbah, ambil daun klutuk yang bagus ya, jangan terlalu tua dan muda, ini contohnya, sambil menunjukkan godong dengan jari telunjuk kanannya.Â
Satu per satu mulai diambil, hingga ada belasan godong jatuh ke tanah, simbah lalu kasih cara memotong godong biar tidak rusak, termasuk cara menggulung hingga rapi karena mau dijual ke pasar, biar saat dibeli ke pasar tampilannya masih ayu dan menarik.
Kata simbah, godong klutuk itu bagus untuk buat bongko poci, bisa juga untuk bungkus nasi ponggol dengan dipincuk. Pisang klutuk yang muda enak untuk dibuat urab, jika sudah matang pisang klutuk ini dinikmati manis tapi sayangnya banyak bijinya, sehingga cucu-cucunya yang mau dipersilahkan bebas untuk mencicipi pisang klutuk yang sudah matang.
Kata simbahku, wit gedang niku angel matine saderenge berbuah ( Pohon pisang tidak mau mati sebelum berbuah), jika dimaknai secara filosofi hidup, kehadirannya di dunia ini bisa memberi manfaat sebelum ajal menjemputnya.
Simbah juga kasih nasehat lagi, cucuku, wit gedang niku, anake mesti mencingis sebelahnya, kadang metu loro kadang sampai empat, ( Pohon pisang itu tunasnya bisa tumbuh dua atau lebih), secara filosofi hidup, Pohon pisang juga telah mempersiapkan generasi penerusnya sebelum ia ditebas dan mati, yaitu tunas yang berada disampingnya.
Tunas-tunas muda inilah yang akan meneruskan tugasnya memberi manfaat kebaikan pada siapapun yang memetik buahnya, mengambil daunnya atau memanfaatkan batangnya. Â Manusia sebagai makhluk allah swt yang telah dikaruniai akal fikiran seharusnya dapat berbuat yang lebih dari pada sekedar batang pisang ini.
Simbah juga kasih nasehat, wit gedang niku jarang urip dewekan, biasane bergerombol (pohon pisang itu tidak mau hidup sendirian, mesti diseblahnya ada tunas yang silih berganti), ini artinya Pohon pisang mempunyai kekuatan diri untuk selalu hidup merumpun dan berumpun. Ia tidak pernah sebatang kara, sendiri, Kenyataan ini diartikan sebagai keteguhan hidup dalam persatuan dan konsistensi dalam kebersamaan. Sifat sengkuyung atau Bersatu di dalam kebersamaan dimaksudkan ada unsur melibatkan orang lain, kelompok.
Namun, Kebersamaan sepanjang masa, berkesinambungan dari genersi ke generasi. Sebelum ia ditebas, layu dan mati pohon pisang pasti telah berbuah dan telah memproses kehidupan generasi yang selanjutnya (tunas-tunas) yang tumbuh bermunculan di sekitarnya.
Hal ini terjadi jauh sebelum batang induk di tebas, layu dan mati. Keteguhan pohon pisang meski belum berbuah ia akan tetap bersemi walau di pancung.
Simbah juga kasih nasehat, wit pisang niku iso urip nang endi mawon, yen tanahe ladon atau subur, hasile luwih apik (pisang ini mudah Tumbuh Dimanapun Ia Berada, apalagi ditaruh di tanah yang subur).
Seperti pohon pisang yang berjuang keras untuk tumbuh demi menghasilkan buah yang dapat dinikmati untuk makhluk yang lain.