Mohon tunggu...
Caesy Nurlita
Caesy Nurlita Mohon Tunggu... -

perangkai kata yang biasa-biasa saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara #akurapopo dan #koweisoopo

23 April 2014   18:02 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:18 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebelum membaca postingan ini saya tekankan bahwa mungkin hal ini akan bersifat subjektif, karena ini hanya merupakan sharing apa yang saya pikirkan. Bagi saya, saya menulis artikel ini hanya karena ingin berbagi pendapat pribadi.  Jika ada yang menganggap artikel ini berat sebelah mohon dimaklumi karena sekali lagi saya hanya ingin menuliskan buah pemikiran saya semata. Jika anda menginginkan penulisan berimbang dengan fakta-fakta yang memadai, tentu tulisan ini tidak akan ditulis disini, melainkan menjadi sebuah artikel di koran nasional, thesis, atau bahkan disertasi.

Belakangan ini sedang hangat-hangatnya pertarungan antara dua kubu calon presiden. Yang terlihat paling ketat bersaing tentu kita semua sudah tahu, Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Bahkan berbagai slogan lahir dari persaingan kedua capres ini, Gerindra melalui Fadli Zon menyindir Jokowi lewat puisinya yang berjudul raisopoopo, sementara Jokowi tetap diam dengan akurapopo-nya.

Jujur saja, saat membaca puisi raisoopoopo ini saya langsung tergelitik. Beginikah figur calon presiden yang dikatakan nasionalis, gagah, berwibawa, dan mampu membawa Indonesia ke masa depan yang lebih baik? Beginikah cara pemimpin berkompetisi dengan lawan-lawannya? Dengan melontarkan sindiran dan olokan bertubi-tubi? Mengapa harus selalu dicela? Bukankah lebih baik menunjukkan prestasi diri sendiri daripada menjelekkan orang lain yang belum tentu lebih buruk dari kita. Bukan bermaksud memuji-muji Jokowi, namun sepanjang pengetahuan saya, belum pernah ada pemberitaan Jokowi mencela, menyindir, maupun mengungkit-ungkit keburukan lawan-lawannya. Justru yang dikatakan hanyalah, akurapopo.

Akurapopo, pasrah, iklas, dan tetap diam. Jokowi tidak membantah, tidak melawan, tidak membela diri. Dia tetap menjalankan tugasnya sebagai gubernur dan kader partainya. Walaupun banyak rakyat menghujat Jokowi tidak menunjukkan prestasi signifikan selama memimpin Jakarta, Jokowi tetap diam, dia tetap menjalankan program kerjanya, tidak marah, tidak mengeluh, juga tidak mengadakan konferensi pers untuk memperbaiki citra diri di hadapan publik.

Bagi saya pribadi, sikap Jokowi sungguh sangat ksatria. Dia tidak membalas hujatan dengan hujatan, sindiran dengan sindiran, celaan dengan celaan. Justru sikap lawan-lawannya yang selalu hanya bisa berkomentar pedas membuat telinga saya panas. Lah kowe iku iso opo? Mereka yang menyindir-nyindir, menghina-hina, menjelek-jelekkan wong solo ini memangnya sudah melakukan apa? Apa yang sudah kamu lakukan untuk negaramu? Apa yang sudah kamu lakukan untuk Jakarta? Apa yang sudah kamu lakukan untuk bangsa ini?

Saya menyadari masih banyak program Jokowi yang belum berjalan dengan sukses, tapi setidaknya dia telah mencoba melakukannya untuk Jakarta. Sementara mereka yang hanya bisa berkomentar, apa yang sudah mereka lakukan? Apa ada yang sanggup mengubah Jakarta menjadi lebih baik dengan segala permasalahannya yang kompleks hanya dalam 2 tahun? Saya yakin tidak. Sampai genap 5 tahun nanti pun saya yakin Jokowi belum sanggup mengubah Jakarta sepenuhnya. Begitupun dengan figur-figur lain. Saya yakin kota dengan permasalahan sekompleks Jakarta tidak akan mampu diperbaiki hanya dalam rentang beberapa tahun. Tapi mengapa saya yakin Jokowi pantas untuk naik kelas memimpin bangsa ini? Karena saya percaya dengan segala background Jokowi. Saya percaya dengan segala kebaikan dan keburukan dalam cara memimpinnya akan mampu membawa pencerahan bagi Indonesia.  Sekali lagi mungkin pencerahannya tidak akan signifikan, namun dapat menjadi sedikit penawar dahaga bagi rakyat yang haus akan keadilan dan kemakmuran bangsa. Kalau disuruh menunggu sampai Jokowi menuntaskan tugasnya memimpin Jakarta 2017 nanti, saya takut momen itu sudah terlambat. Saya takut Indonesia terlanjur hancur, dan Jokowi semakin tenggelam ditekan lawan-lawan politiknya yang membabi buta. Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Seperti anda, yang mungkin percaya pada kepemimpinan Prabowo, Aburizal, Gita Wirjawan, Wiranto, atau bahkan Mahfud MD, apa yang membuat anda percaya mereka mampu? Bagi saya, pertarungan pemilihan presiden tahun ini sangatlah adil, karena tidak ada satu orang pun calon pun yang merupakan incumbent. Tidak ada dari mereka yang memiliki background pernah memimpin suatu negara. Tapi dalam pemikiran saya, Jokowi satu-satunya yang mempunyai pengalaman menjadi pemimpin daerah. Terlepas dari segala plus-minus gaya kepemimpinan Jokowi, saya percaya Jokowi mampu menjadi sosok bapak bangsa yang tepat. Terlebih, melihat sikap Jokowi yang begitu bijak menghadapi berbagai sindiran terhadapnya. Bagi saya, itulah calon pemimpin sesungguhnya. Berani menerima segala kritikan dan terus membuktikan diri dengan usaha melayani rakyat. Bukan sekedar menjelekkan orang lain padahal diri sendiri tidak bisa menunjukkan prestasi apa-apa.

Saya menyadari, Jokowi bukanlah sosok yang paling sempurna, tapi begitu juga sosok-sosok yang lain. Kita semua sama tidak sempurnanya. Tidak perlu mencela orang lain, perbaiki saja diri kita sendiri. Rebut hati rakyat dengan cara yang fair, jangan dengan saling menjatuhkan, karena seseorang tidak akan terlihat besar hanya dengan mengecilkan potensi orang lain.

May God bless Indonesia :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun