"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." (Q.S an-Nahl: 125)
Ayat di atas berisi perintah Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk berdakwah dengan menggunakan tiga metode yang disesuaikan dengan masing-masing individu, terdiri atas al-hikmah, al-mau'izah hasanah, dan mujadalah bi al-lati hiya ahsan. Ketiga metode tersebut dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kapasitas keilmuan orang yang diajak, tapi bukan berarti tiap metode hanya terfokus pada masyarakat tertentu, namun seluruh metode bisa dimanfaatkan untuk seluruh lapisan masyarakat.
1. Metode al-hikmah
Dalam terjemahan Departemen Agama dijelaskan bahwa al-hikmah ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Sehingga dapat dikatakan metode dakwah bi al-hikmah merupakan seruan atau ajakan untuk berada dijalan Allah dengan berbagai pertimbangan intelektual seperti sabar, bijaksana, adil serta penuh ketegaran, argumen, selalu memperhatikan keadaan mad'u (sasaran dakwah). Hal ini menunjukkan bahwa metode bi al-hikmah mengisyaratkan bahwa seorang da'i (pendakawah) harus memiliki wawasan luas termasuk didalamnya tidak hanya paham tentang ilmu-ilmu agama tetapi juga tahu tentang ilmu-ilmu umum lainnya seperti psikologi, sosiologi dan sebagainya.
2. Metode al-mau'izah hasanah
Sebagaimana dikutip Husain Fadhullah (1977) bahwa metode al-mau'izah hasanah memuat pentingnya nasihat yang baik, pelajaran, gaya bahasa, serta perkataan secara lemah lembut. Dalil-dalil disampaikankan dengan ucapan yang penuh kelembutan dan kasih sayang atau memberikan peringatan melalui gaya bahasa yang berkesan. Seseorang merasa dihargai atas kemanusiannya karena perkataan yang lembut, tidak menyudutkan, melecehkan, mengejek atau menyalahkan. Perkataan yang dituturkan melalui kelembutan hati dan menyentuh jiwa mesti dilakukan dengan penuh tanggung jawab, komunikatif serta dapat berkesan di hati masyarakat. Metode ini menampilkan juga bahwa objek yang menjadi sasaran dakwah masih banyak tergolong sebagai orang yang tingkat pemahaman serta pengamalan agama yang masih rendah. Konsekuensinya adalah dibutuhkannya seorang da'i yang mempunyai gagasan untuk membimbing, menghargai, penuh atensi serta bersahabat.
3. Metode mujadalah bi al-lati hiya ahsan
Dikutip Fadhullah (1997) metode mujadalah bi al-lati hiya ahsan merupakan aktivitas dakwah melalui cara berbantahan, berdebat disertai dalil yang kuat dan berdiskusi. Namun hal-hal tersebut mesti dilakukan dengan kiat yang baik, menghormati satu sama lain maupun antar kelompok dengan tatakrama dan etika. Hal ini bertujuan untuk mencari sebuah kebenaran melalui argumentasi yang tepat. Golongan terpelajar di masa kemajuan ilmu pengetahuan serta inovasi semakin menjadi kritis. Sebagian besar dari mereka umumnya tidak tertarik pada ceramah yang monolog, bersifat indoktrinasi dan tidak rasional. Realitas seperti ini menuntut setiap da'i agar membekali diri dengan ilmu pengetahuan kontemporer. Terkadang mereka mengkritik atau menentang penjelasan yang dalam pandangan mereka tidak masuk akal atau tidak sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Namun, kenyataan semacam itu menjadikan metode dakwah al-mujadalah menjadi pilihan untuk pengembangan dakwah di masa ini. Metode al-mujadalah dalam pengaplikasiannya pada masyarakat bisa dilakukan dengan bentuk tanya jawab dan diskusi (Said, 2015).
Metode dakwah dalam al-Quran surah an-Nahl ayat 125 menjelaskan tiga metode dakwah yang bisa diterapkan oleh seorang da'i dalam berdakwah yaitu: metode al-hikmah (mengajak di jalan Allah dengan pertimbangan ilmu pengetahuan atau selalu menyesuaikan dengan keadaan mad'u), metode al-mau`izah hasanah (berdakwah dengan nasihat yang baik atau ucapan yang lembut), dan metode mujadalah bi al-lati hiya ahsan (berdakwah dengan cara berbantahan, berdiskusi, berdebat disertai argumen yang kuat).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H