Mohon tunggu...
Pena Psikologi
Pena Psikologi Mohon Tunggu... -

Bersama Kita Mengembangkan Ilmu Psikologi di Indonesia | @penapsikologi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Iman dan Pergaulan Bebas di Kalangan Remaja

9 Januari 2014   13:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:59 1286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Arnika Tiara Prininda

Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Seperti yang kita ketahui saat ini, pergaulan bebas sudah menjadi marak di kalangan para remaja. Sudah tidak asing lagi bagi para remaja SMA, bahkan SMP yang sudah pernah melakukan seks bebas! Seiring berjalannya perkembangan zaman, bagi sebagian orang seks bebas sudah bukan merupakan hal yang tabu lagi, melainkan sudah menjadi hal yang biasa. Kenapa bisa begitu? Apakah karena lingkungan sosial mereka? Atau mereka sudah terkena pengaruh oleh budaya Barat?

Banyak sumber yang mengatakan bahwa pergaulan bebas yang terjadi di kalangan remaja karena banyak faktor. Diantaranya adalah kurangnya perhatian dari orang tua. Umur belasan pada remaja memang sedang masa-masanya para remaja untuk mencari jati diri. Oleh karena itu peran orang tua sangat diperlukan. Namun, Di era moderen saat ini banyak orang tua yang sibuk bekerja sehingga tanggung jawabnya mengurus anak jadi terbengkalai. Mereka hanya berfikir untuk mencari nafkah sebanyak-banyaknya agar kehidupan keluarga yang lebih baik sehingga banyak remaja yang mencari kehidupan sendiri di luar sana tanpa pengawasan dari orang tua mereka. Salah satunya adalah seks bebas. Tidak jarang ditemukan kasus hamil di luar nikah di kalangan remaja yang masih berumur belasan. Jika sudah begitu siapa yang harus disalahkan? Seharusnya orang tua memberikan perhatian lebih ketika anak sudah mulai beranjak dewasa, diberitahukan pengetahuan tentang bahayanya seks bebas, maupun mengontrol tentang sekolah dan teman sebayanya.

Kedua yang tidak kalah penting adalah faktor teman sebaya. Para remaja diharapkan pintar dalam memilih teman sebayanya. Itu diharapkan agar mereka tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah. Sekiranya jika ada remaja perempuan yang bergaul dengan remaja laki-laki harap untuk sewajarnya saja. Bahkan dalam Islam pun laki-laki dan perempuan yang bukan mukhrim wajib menjaga pandangan dan kemaluannya! Jangankan untuk menyentuh, bahkan saling berpandangan pun jika bukan mahram itu haram. Untuk itu, remaja perlu pintar dalam mencari teman sebaya dan teman sepergaulan. Jangan sampai mereka salah dalam mencari teman yang tidak baik, sehingga mereka terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik pula.

Berpacaran pun seakan sudah menjadi hal yang wajar bagi kalangan remaja. Namun sangat disayangkan, banyak yang terjerumus dalam pacaran tidak sehat. Mulai yang hanya dari berpegangan tangan sampai melakukan hubungan seks di luar nikah. Berdasarkan data survey seks bebas pada remaja, rentang usia yang melakukan seks pranikah berkisaran antara umur 13-19 tahun. Pada data yang didapat, kebanyakan remaja melakukannya di rumah, ketika suasana rumah sedang kosong atau sedang tidak dalam pengawasan orang tua. Namun, ketika kecelakaan sudah terjadi, tidak jarang jasa ‘dukun’ aborsi pun diperlukan. Padahal dalam rentang usia yang masih tergolong muda, sangat berbahaya jika sudah mengandung. Bisa jadi fisiknya yang belum tergolong belum matang, ataupun mentalnya yang belum kuat. Karena rentang usia yang belum produktif, dikhawatirkan jika melahirkan anak nanti, anak tersebut akan cacat. Selain itu, perasaan malu pada keluarga dan orang-orang sekitar. Itu yang memicu terjadinya pernikahan dini. Lalu jika sudah seperti ini mau bagaimana bangsa kita ini? Mau jadi seperti apa bangsa Indonesia jika anak-anak bangsa yang diharapkan sebagai kader dan penerus sudah terjerat dalam pergaulan bebas?

Itulah mengapa sangat diperlukan bimbingan dari sekolah. Bahkan seharusnya sekolah wajib memberikan bimbingan dan pengetahuan tentang bahayanya seks bebas dan bagaimana mencegahnya. Seperti halnya berganti-ganti pasangan saat melakukan seks sangat berbahaya karena dapat memicu penyakit menular seksual seperti HIV dan AIDS. Dengan begitu, mungkin dapat membantu mengurangi populasi remaja yang melakukan seks pranikah.

Kita tentu tidak ingin seperti itu bukan? Oleh karena itu, banyak faktor yang bisa dilakukan untuk mencegah semaraknya pergaulan bebas. Pertama, memperkuat keimanan. Maksud dari fungsi Iman itu sendiri disini adalah lebih berserah diri dan mendekatkan diri kepada Allah. Kedua, komunikasi dan saling open minded antara orang tua dan anak sehingga anak terbuka terhadap orang tua dan orang tua pun dapat memantau anak sehingga hal-hal yang tidak diinginkan pun tidak terjadi. Ketiga, menyibukkan diri serta ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial, misalnya mengikuti kegiatan keagamaan.

Yang terpenting jangan pernah mau mencoba untuk melakukan sesuatu yang jelas keburukannya. Perkuatlah iman dalam membentengi diri agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun