Banyak peluang mahasiswa menulis di koran. Menulis di koran juga bisa menjamin pendapatan finansial. Dengan menulis di koran, ada honorarium yang akan diperoleh. Namun, menulis di koran hendaknya tak sekadar ingin mendapatkan rupiah semata.
Demikian disampaikan Direktur Transform Institute Universitas Negeri Yogyakarta Hendra Sugiantoro dalam Bedah Buku Menguangkan Ide: Kaya dari Menulis Artikel di Gedung Student Center Lantai 3 Universitas Negeri Yogyakarta. Kegiatan yang diselenggarakan Departemen Komunikasi dan Informasi Badan Eksekutif Mahasiswa Republik Mahasiswa (Depkominfo BEM Rema) UNY ini juga menghadirkan Sudaryanto, S.Pd sebagai penulis buku.
Lebih lanjut Hendra Sugiantoro menjelaskan, ada rubrik Suara Mahasiswa yang bisa ditembus, seperti rubrik Suara Mahasiswa di Kedaulatan Rakyat, Harian Jogja, dan Harian Seputar Indonesia. Di Kompas DIY-Jateng ada rubrik Akademia yang diperuntukkan bagi mahasiswa. Selain itu, mahasiswa juga bisa menulis untuk rubrik Nguda Rasa di Koran Merapi dan Fadhilah Jum’at di Bernas Jogja. “Honorarium rubrik Suara Mahasiswa Kedaulatan Rakyat Rp. 75.000,00. Jika dalam sebulan dimuat empat kali, mahasiswa bisa memperoleh honorarium sekitar Rp. 300.000,00. Honorarium rubrik Akademia Kompas DIY-Jateng Rp. 300.000,00. Rubrik Suara Mahasiswa Harian Seputar Indonesia Rp. 100.000,00. Rubrik Suara Mahasiswa Harian Jogja adalah Rp. 50.000,00. Dimuat di rubrik Nguda Rasa Koran Merapi dapat honorarium Rp. 100.000,00. Bahkan, mahasiswa tak ada salahnya berani menulis di rubrik opini koran,” terang Hendra Sugiantoro.
Dalam kegiatan bedah buku ini, Hendra Sugiantoro menekankan kepada peserta untuk mau menulis di koran. “Menulislah di koran. Selain menulis di rubrik-rubrik koran yang menghasilkan uang, tidak masalah bagi mahasiswa menulis di surat pembaca. Dengan menulis, kita membagi ilmu kepada masyarakat. Siapa pun perlu menulis untuk menyampaikan ilmu, wawasan, dan pengetahuan kepada pembaca. Ada media massa online yang juga bisa dimanfaatkan untuk mempublikasikan tulisan,”kata Hendra Sugiantoro yang memiliki jargon Pena Kuasa Berkarya ini.
Hendra Sugiantoro menerangkan bahwa menulis perlu ketekunan belajar dan latihan. Siapa pun perlu membiasakan diri menulis. Membaca tulisan orang lain juga bisa menjadi wahana belajar menulis. “Kartini berkata, semua orang boleh merampas banyak dari kami, ya semuanya, tetapi jangan pena saya. Ini tetap milik saya, dan saya akan berlatih dengan rajin menggunakan senjata itu,” ujar Hendra Sugiantoro mengutip pernyataan tokoh perempuan kelahiran Jepara itu.
Dengan gaya khasnya, Hendra Sugiantoro memacu semangat peserta untuk bergegas mengangkat pena. “Angkatlah pena! Menulis untuk pembelaan, penyadaran, bahkan perlawanan. Siapa pun pantas berbahagia menulis di koran, mengapa? Karena koran itu bacaan rakyat. Koran mendidik rakyat, alat propaganda sejak zaman kolonial. Koran dibaca presiden sampai tukang becak, dari pejabat sampai kaum mlarat,” seru Hendra Sugiantoro lantang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H