Mohon tunggu...
Tommy Patrio Sorongan
Tommy Patrio Sorongan Mohon Tunggu... Penulis - Bocah Kaliabang Dukuh Bekasi

Bukan ahli macem-macem... menulis hanya untuk mempertanyakan sesuatu yang dilihat dan dirasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kehidupan "Tiyang Jawi" di Groningen, Belanda

7 Juli 2020   08:14 Diperbarui: 7 Juli 2020   20:29 2866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bus listrik di Groningen. dokpri

Sudah kurang lebih empat bulan lamanya saya meninggalkan negeri kincir angin.

Ya, tuntutan akademis yang mengharuskan saya untuk tetap stay di sana telah ditunaikan dan memang sudah saatnya untuk kembali. Tetapi, memori yang ditinggalkan Belanda sangatlah membekas di diri saya.

Di Belanda, saya berkuliah di University of Groningen, sebuah universitas research yang terletak di ujung timur laut Belanda dekat perbatasan Jerman. Jaraknya dari Amsterdam kurang lebih 170 km dan dapat ditempuh selama dua jam menggunakan bus atau kereta.

Groningen ini adalah kota yang memiliki banyak keunikan. Kota yang berikon Martini Tower dan RUG Academiegebouw ini sangat dikenal di seantero Eropa sebagai kota pelajar.

Bayangkan, 35% penduduk kota ini adalah pelajar yang berkuliah di 3 perguruan tinggi, mulai dari University of Groningen, HanzeHoogeschool, dan Minerva School of Art. Selain itu, Groningen dikenal memiliki dialek lokal yang khas membuatnya berbeda dengan kota-kota lain di Belanda.

RUG Academiegebouw. dokpri
RUG Academiegebouw. dokpri

Di balik keunikan itu, terdapat satu hal lagi yang sangat menarik bagi saya yaitu banyaknya komunitas Jawa Suriname di kota ini.

Salah satu corak Jawa di kota ini yang sangat kentera adalah banyaknya restoran Jawa Suriname di setiap sudut kota. Selain itu, terdapat juga Masjid Jawa yang terletak di daerah Hoogezand, sekitar 20 menit dari pusat kota Groningen.

Corak Jawa yang sangat terlihat di kota ini membuat saya ingin untuk mengeksplornya lebih dalam lagi. Maklum, saya ini setengah Jawa. Ibu saya Cah Sragen (Sragentina mana suaranyaaa?!).

Groningen saat musim dingin. dokpri
Groningen saat musim dingin. dokpri
Pastinya, menemukan komunitas Jawa di negara nun jauh ini membuat saya sangat excited dan buangga tenann akan identitas saya sebagai Tiyang Jawi.

Penelitian saya (cie elah penelitian, bosque :D) dimulai dengan memasuki beberapa restoran Jawa yang ada di Groningen. Salah satu yang paling hits adalah Warung Jawa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun