Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan takut terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil.
Aksi terorisme yang menyasar negara barat, selalu dikaitkan dengan agama bukan persona. WTC runtuh, sorotan utamanya pada Islam dan Al Qaidah, bukan pada orang yang membajak pesawat. Terlepas dari berbagai teori konspirasi, yang menyebutkan tragedi WTC adalah operasi false flag Amerika.
Prancis di bom, sorotannya tertuju pada Islam dan ISIS, bukan pada 8 orang aktor lapangan yang menembaki kerumunan warga Prancis.
Jika tujuan teror adalah untuk menimbulkan perasaan takut, maka sudah benar jika dua aksi di atas dikategorikan sebagai aksi teror. Tidak ada masalah dan tidak ada yang salah dengan itu.
Permasalahannya adalah bagaimana respon media, dan masyarakt dalam menanggapi aksi teror tersebut. Beberapa hari sebelum aksi teror di Paris juga terjadi aksi teror terhadap komunitas Syiah di Lebanon. Teror di Lebanon dan Paris memiliki dua persamaan, sama-sama dilakukan oleh ISIS, sama-sama menyasar sipil untuk menimbulkan ketakutan. Bedanya ketika Lebanon dibom sangat jarang media yang memberitakan dan hanya segelintir pemimpin dunia yang berbela sungkawa.
Media, masyarakat termasuk kita seolah lupa bahwa keduanya adalah aksi teror, dan keduanya menyasar warga sipil. Perlakuan media termasuk kita semua sangat tidak manusiawi, media seolah menempatkan korban teror Paris sebagai orang-orang pilihan dari kelas elite, sementara korban teror Lebanon dari kelas bawah yang tidak perlu mendapat perhatian.
Ada yang salah dengan media, dan arus informsi. Berita yang tersebar di media nasional pun cenderung copy paste, sekedar membubuhi agar tidak dianggap menjiplak namun sebenarnya isinya sama saja.
Definisi teror tidak lagi ditentukan aksi dan sasarannya, melainkan ditentukan oleh siapa korbannya, dari begara mana korbannya. Kita perlu untuk merenungkan kembali nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam diri kita. Manusia adalah mahluk sosial dan berbudaya yang memiliki sistem nilai dalam dirinya. Kita seolah lupa bahwa baik ajaran agama maupun norma sosial menganggap manusia memiliki nilai yang sama.
Pikiran dan fokus sebagian besar masyarakat seolah dikendalikan oleh media, manusia hampir kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Ketika Paris dibom media informasi dibanjiri oleh berita pemboman Paris kita ikut larut dalam kesedihan dan emosi yang mendalam. Banyak ucapan belasungkawa, kecaman dan ratapan bagi warga Paris. Media dan masyarakat menganggap remeh teror Lebanon, menganggapnya sebagai hal yang biasa.
Kita perlu waspada, kita harus teliti, dan menempatkan sesuatu pada porsinya tidak sekedar melihat dan mengikuti tren yang berkembang. Manusia adalah mahluk cerdas yang dibekali dengan indra dan akal, bukan burung beo yang hanya dapat mengikuti apa yang dilakukan oleh tuannya.
Mari membangkitkan kesadaran bersama!