Mohon tunggu...
Puisi

Inilah Suaraku Untukmu Wahai Saudaraku

15 Juli 2014   23:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:13 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati siapa yang tak berduka
melihat kalian sedang terluka
Hati siapa yang tak merana
melihat kalian terus dianiaya disana
Hati siapa yang tak gundah
memikirkan kondisi kalian yang tengah berdarah-darah
Hati siapa yang tak tersayat
melihat jasad kalian telah menjadi mayat

Air Mata siapa yang tak berlinang
melihat kalian yang terus-terusan diserang
Kepala siapa yang tak pusing
Memikirkan kalian yang terus berada dalam suasana genting

Maafkan Mulut kami yang hanya mampu berkomat-kamit dalam Doa
Maafkan Tangan kami yang hanya mampu menengadah dalam setiap Doa
Maafkan Kaki kami yang tak mampu melangkah menuju ke sana
Maafkan Diri kami yang hanya bisa mengirimkan sedikit dana

Maafkan pertelevisian kami yang jarang mengabarkan tentang keadaan kalian
Malahan sibuk menampilkan acara-acara tiada guna yang hanya bernari, bernyanyi, berkelakuan tidak karuan

Sungguh ironi antara kami dan kalian ...

Di saat kami disini berbuka dengan manisan,
Kalian disana berbuka dengan tangisan

Di saat kami disini dalam semua keadaan senantiasa merasa damai dan tenang,
Kalian disana selalu merasa was-was khawatir kan tiba-tiba diserang

Di saat kami disini sibuk melihat para pemain kesayangan mengejar bola,
Kalian disana sibuk melihat keluarga tersayang dikejar oleh musuh-musuh Allah

Di saat kami disini dapat tertidur lelap tanpa ada gangguan,
Kalian disana terus terjaga dan tak bisa tidur karena bising letupan bom dan rudal yang terus diluncurkan

Namun sungguh, Kami cemburu pada kalian, karena ...

Di saat Pemuda-pemudi kalian sibuk mengejar musuh-musuh Islam dengan batu di kepalan tangan,
Pemuda-pemudi kami justru sibuk mengejar lawan jenisnya dengan setangkai bunga mawar di genggaman tangan,
Bahkan tak jarang mereka mengiringinya dengan tangisan (sungguh sangat menjijikkan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun