Mohon tunggu...
‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎
‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ Mohon Tunggu... Mahasiswa - ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Radar Murah China Bikin F-22 AS Tak Lagi Siluman, Bagaimana Bisa?

24 Oktober 2024   18:00 Diperbarui: 24 Oktober 2024   19:33 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maj. Joshua Gunderson, F-22 Raptor Demonstration Team commander, performs at the Thunder Over New Hampshire Air Show at Pease Air National Guard Base

China dilaporkan telah berhasil mengembangkan radar baru yang lebih hemat biaya untuk mendeteksi pesawat tempur siluman, seperti F-22 Raptor milik Amerika Serikat. Berbeda dengan sistem radar pasif konvensional yang umumnya menggunakan struktur penerima dua kanal, radar ini hanya memerlukan satu antena penerima.

 Pendekatan inovatif ini tidak hanya menekan biaya produksi dan penyebaran, tetapi juga menyederhanakan pengoperasian. Selain itu, sistem ini memiliki ketahanan lebih baik terhadap gangguan musuh, sehingga menawarkan keandalan yang lebih tinggi dalam situasi pertempuran.

Radar ini memanfaatkan sinyal satelit dari sistem BeiDou milik China untuk mendeteksi aset udara musuh. Dengan teknologi satelit ini, radar mampu melacak pesawat tempur siluman seperti F-22, yang biasanya sulit dikenali oleh radar konvensional. Inovasi ini merupakan bagian dari upaya China dalam menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh pesawat siluman, yang dirancang untuk menghindari deteksi radar.

Secara teknis, pengembangan radar ini merupakan sebuah lompatan signifikan, mengingat F-22 dirancang dengan kemampuan siluman yang sulit terdeteksi oleh radar frekuensi tinggi. Namun, radar buatan China menggunakan sinyal frekuensi rendah, seperti pantulan dari ionosfer, yang terbukti lebih efektif dalam mendeteksi pesawat siluman.

Dalam ranah hukum dan geopolitik, pengembangan radar ini berpotensi meningkatkan ketegangan dalam hubungan internasional, terutama dengan Amerika Serikat, yang memiliki dominasi teknologi siluman seperti F-22 dan F-35. 

Walaupun tidak ada kesepakatan internasional yang secara eksplisit melarang pengembangan radar anti-siluman, langkah ini bisa dianggap sebagai tindakan agresif dalam persaingan teknologi militer dan dapat mempengaruhi stabilitas keamanan global, khususnya di wilayah Asia-Pasifik.

Kemajuan ini mengindikasikan bahwa China terus berupaya mengembangkan teknologi untuk menghadapi tantangan militer modern yang didominasi oleh kekuatan besar seperti Amerika Serikat. 

Hal ini memperlihatkan adanya perlombaan teknologi militer yang semakin intens di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik, khususnya terkait persaingan pengaruh militer di kawasan Laut China Selatan dan Asia Timur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun