Mohon tunggu...
Adriansyah Abu Katili
Adriansyah Abu Katili Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo.

Saya dosen pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Memiliki hobi membaca dan menulis. Saya membaca buku fiksi maupun non fiksi dan puisi. Saya juga suka menulis, baik tulisan ilmiah, ilmiah populer, fiksi, dan puisi.,

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pemikiran Besar Sering Berasal dari Hal Sederhana: Sebuah Refleksi untuk Membangun Literasi Menulis

13 Juli 2024   09:06 Diperbarui: 31 Juli 2024   07:11 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumen Pribadi

Dewasa ini kita menyaksikan kemajuan ilmu dan teknologi yang maju pesat. Teknologi penerbangan yang semkian maju ditandai dengan produksi pesawat yang sangat canggih. Mesin-mesin industri dan transportasi yang maju pesat. Teknologi Informasi dan Komunikasi yang melesat pesat.

Tapi jarang kita berpikir bagaimana awal mula penemuan teknologi itu. Kita hanya terkagum-kagum dan hanya menjadi pengguna. Bila kita pelajari sejarah penemuan teknologi itu, kita akan menemukan bahwa ternyata itu berasal dari pemikiran para ilmuan. Pemikiran itu ternyata berawal dari pengamatan terhadap hal-hal yang kita anggap sederhana dan sepele. Sekarang mari kita perhatikan beberapa pemikiran besar yang berasal dari hal-hal sederhana dan kelihatannya sepele.

Yang pertama, adalah teori gravitasi. Teori gravitasi ini ditemukan oleh Isaac Newton. Teori yang besar ini kini banyak diterapkan pada banyak teknologi, antara lain teknologi penerbangan. Tahukah kita bahwa ternyata teori besar ini ditemukan oleh Isaac Newton ketika dia duduk di bawah pohon apel? Saat dia duduk santai, tiba-tiba sebutir apel jatuh dari pohon.

Newton lalu berpikir menegenai penyebab buah apel itu jatuh. Mengapa apel yang terlepas dari tangkainya jatuh ke bawah dan bukan melayang ke udara? Setelah berkali-kali mengamati dan berpikir keras, akhirnya dia menemukan teori gravitasi bumi. Teori ini mengatakan bahwa bumu mengandung medan magnet yang menarik benda-benda di sekitarnya sehingga menyebabkan benda itu jatuh ke bumi dan tidak melayang ke udara.

Para pakar teknologi penerbangan lalu menerapkan teori ini dalam merancang pesawat terbang. Mereka mengamati, bereksperimen bagaimana mengatasi gravitasi ini sehingga pesawat bisa terbang dengan mulus.

Ilmuan lainnya adalah James Watt. Kita hanya tahu bahwa James Watt adalah penemu mesin uap. Penemuan mesin uap ini menyebabkan kemajuan pesat terhadap teknologi mesin. Sejak penemuan itu teknologi transportasi mulai mengalami kemajuan yang pesat. Kereta api menggunakan mesin uap untuk menggerakkan lokomotif yang menarik puluhan gerbong kereta api. Pabrik-pabrik menggunakan mesin uap dan ini menyebabkan revolusi industri pada abad ke-18.

Tapi tahukan kita bahwa James Watt menemukan mesin uap dengan mengamati halyang sepele? Saat masih kecial dia memiliki kebiasaan bermain di dapur di mana ibunya memasak. Dia memperhatikan panci tempat ibunya merebus air. Saat air mendidih dan keluar uap, dia memperhatikan bahwa uap itu mampu mengangkat penutup panci. Setelah mengamati berkali-kali dengan pemikiran yang rasional, dia menyimpulkan bahwa uap air mengandung energi yang besar.Setelah dewasa dia berpikir bahwa tenaga upa air itu bisa untuk mengerakkan mesin. Setelah bereksperimen berkali-kali dan mengalami puluhan kegagalan, akhirnya dia menemukan mesin uap. Mesin ini kemudian mengalami evolusi dengan ditemukannya mesin bensin dan mesin diesel.

Dalam bidang humaniora, misalnya ilmu bahasa atau linguistik. Salah satu contohnya adalah teori tindak tutur oleh John L. Austin. Dia mengamati bahwa ada tindakan manusia yang dilakukan melalui bahasa. Misalnya, meberi nama. Ketika seorang raja  di Inggris bertutur dalam suatu upacara, "Dengan ini saya nemakan kapal ini Queen Elizabeth, " maka seusai peristiwa tuturan itu, maka kapal itu bernama "Queen Elizabeth".

Austin membagi makna bahasa dalam tiga ranah, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Ilokusi adalah apa yang diucapkan oleh penutur, ilokusi adalah tindakan yang terkandung dalam lokusi, dan perlokusi adalah akibat atau hasil dari ilokusi.

Teori ini kemudian dikembangan oleh muridnya yang bernama Searle. Searle lebih jauh mengembangkan ilokusi menjadi beberapa, yaitu deklaratif, ekspresif, direktif, dan komisif. Deklaratif adalah pendeklarasian, pernyataan. Ekspresif adalah ekspresi, direktif adalah mengarahkan, memerintah, menganjurkan, dll. Komisif adalah meyakinkan, berjanji, dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun