Rindu untuk Dea
Oleh: Penadebu
Empat purnama sudah Dea, sekejap terasa,
rindu tumbuh, semakin dalam dan nyata.
Tiap detik yang jauh, ada namamu di udara,
Berbisik lembut, Dea, kau selalu ada.
Cinta yang tidak lagi muda,
Dalam diam malam, ada bayangmu.
Waktu seakan lambat, meski aku tahu,
Di sana pun kau menunggu dalam sendu.
Terhitung malam penuh harap dan tanya,
Kapan rindu berakhir dalam nyata?
Keyakinan tetap aku peluk erat,
Bahwa cinta kita kuat, takkan pernah singkat.
Dea, dalam empat bulan yang singkat ini,
Rindu ini bukan sekadar kata tersimpan sunyi.
Ia adalah doa, di tiap langkah dan napas,
Menjaga cinta hingga kita kembali berbalas.
 Jarak memisah, hati tetap bersandar,
Pada janji kecil yang pernah kita dengar.
Bahwa waktu hanya soal sabar,
Dan cinta sejati tak pernah pudar.
Malam, ku hitung bintang di langit,
Mengirimkan rasa yang tak bisa ku usir.
Dalam hening, ku peluk bayangmu yang samar,
Seolah kau di sini, menghapus segala getir.
Dea, kau hadir di setiap bait doaku,
Di balik harap yang menyelimuti rindu.
Empat bulan ini hanyalah awal cerita,
Tentang kita yang menanti pada takdir dan cinta.
Jarak hanya menguji, membuat hati semakin percaya,
Bahwa suatu hari nanti, kita akan bersama.
Menyatukan rindu yang tertahan begitu lama,
Menjadi nyata, dalam dekap dan cinta yang sempurna
 Babulu, 14 November 2024
#Penadebu_PuisiBebas_RindupadaDea
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H