Nikmat yang Tersia-sia
Oleh: Penadebu
Langit biru membentang luas,
Nikmat hidup hadir tanpa batas,
Namun terkadang hati terbalut keluh,
Tak disadari, keindahan dunia kita rapuh.
Cahaya mataahari yang hangat,
Mengusir malam, membawa harapan lekat,
Kita terjebak dalam rutinitas tanpa arti,
Lupa mensyukuri setiap detik yang diberi.
Angin sepoi mengelus wajah pagi,
Membawa wangi bunga semerbak magis,
Pikiran sibuk mencari kesalahan,
Nikmat ini pun terlewatkan dalam hening.
Hujan turun suburkan bumi kering,
Memberi kehidupan pada alam yang hening,
Kita meratapi basahnya langkah,
Mengabaikan berkah yang datang dalam riang gelak.
Makanan terhidang di meja, aroma menggoda,
Rasa syukur terkikis nafsu,
Nikmat rasa tak lagi dihargai,
Kenyang yang dicari, hati tak terpuaskan lagi.
Keluarga dan teman hadir membawa tawa,
Kasih sayang mengalir seperti sungai deras,
Seringkali kita lupa menghargai,
Hingga terlambat, penyesalan yang tersisa di hati.
Waktu terus berlalu, tanpa menunggu,
Nikmat hidup terkikis,
Mungkin saatnya kita berhenti sejenak,
Mensyukuri setiap nikmat yang sempat tersia-sia.
Di hutan lindung, rimba sunyi penuh magis,
Pohon-pohon menjulang, berbisik dalam bahasa rahasia,
Di antara dedaunan, cinta bersemi tanpa tergaris,
Kita sering buta, tak menyadari keajaiban yang ada.
Di balik kerimbunan, suara burung menyapa,
Menyanyi lagu alam indah tiada tara,
Namun kita terpaku pada layar kecil,
Nikmat suara alam hilang dalam gemerlap fana.