Di Terik Hujan
Oleh: Penadebu
Terik hujan, rintik menari,
Puisi merayu, sepenuh hati.
Matahari bisu, awan pun diam,
Hati puisi, merayap sepi.
Embun malu-malu, jatuh pelan,
Berkisah, dalam sendu ria.
Kata-kata bergandengan dengan riak,
Hujan menyelip, merangkai kata.
Pohon-pohon bisu, mengelus angin,
Berkisah, sunyi ringin.
Bayang kata berdansa, di tanah basah,
Berbisik, rahasia tak terucapkan tuntas.
Terik hujan, puisi menari,
Rimba kata tumbuh, di bawah hujan kari.
Gerimis menyelinap, peluk kata sendu,
Berbicara, sepi yang hening.
Angin menjadi pena, menulis cerita,
Terukir, di kanvas langit terbuka.
Mata air puisi, melebur dalam rintik,
Cerita terus berjalan, di langit berdendang.
Petir melambai, seperti pena memilin,
Mengalir, tak terhenti dalam pelukan.
Awan adalah kanvas, warnai kata-kata,
Hujan dan puisi, tarian rahasia yang tak terucap.
Di terik hujan, puisi tetap bernyanyi,
Meski matahari tersembunyi di balik awan abu-abu.
Mengajak, merasakan getaran hujan,
Di setiap kata, menyatu dengan alam yang mencinta.
Babulu, 3 Desenber 2023
#Penadebu_PuisiBebas_DiTerikHujan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI