Embun Pagi Kemarau di Babulu
Oleh: Penadebu
Di kala kemarau panjang merajai,
Embun pagi di Babulu bermahkota raja,
Dalam senyap, ia tiba tanpa suara,
Menari lembut di ujung rumput yang gersang.
Cahaya mentari menyentuhnya perlahan,
Menggenggam gemintang di dalam pelukan,
Seperti puisi rahasia alam yang terbentang,
Di setiap tetes embun, ia sampaikan makna.
Babulu, tempat di mana bumi berbicara,
Dalam bahasa lembut, dalam gerak halus,
Embun pagi menyirami setiap harapan,
Menghidupkan jiwa yang rapuh dan tumbuh.
Rahasia alam tersimpan dalam titik-titik kecil,
Dalam embun yang merekah di pagi yang sunyi,
Mengajak kita memahami keindahan sederhana,
Babulu, embun, dan kita, satu dalam harmoni.
Di rimba rahasia, di antara dedaunan,
Suara angin berbisik, menyapa keheningan,
Embun di Babulu menari di rerumputan,
Menyelusuri mimpi yang terlupa di antara waktu.
Bagaikan mutiara di helai daun yang berguguran,
Embun memantulkan keindahan alam yang tak terlukiskan,
Meretas sepi, mengisi ruang dalam dada,
Mengalirkan cinta, meresapi bumi yang lapang.
Dalam sentuhan embun, ada pesan alam yang suci,
Dalam setiap titiknya, ada keajaiban yang terkandung,
Babulu, di hatimu, kami temui kedamaian,
Dalam embun pagi, cinta alam mengalir tulus dan kaya.
Babulu, 28 September 2023
#Penadebu-Puisi Bebas_Embun Pagi Kemarau di Babulu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H