Mohon tunggu...
Sutrisno Penadebu
Sutrisno Penadebu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis menebar kebaikan, Menulis apa saja bila ide datang

Sutrisno dengan nama pena Penadebu, ASN di Babulu kabupaten Penajam Paser Utara. Menulis di beberapa media baik cetak maupun online telah menerbitkan beberapa jurnal, prosiding, dan beberapa buku. Kini menjadi pengurus organisasi profesi. Menjadi instruktur lokal dalam kegiatan menulis dan guru inti. Sutrisno dapat dihubungi di: 1. HP/Wa : 081253791594 2. Facebook : Sutrisno babulu 3. Email : sutrisnok809@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bukan Karunia yang Dihinakan

20 Juli 2023   06:08 Diperbarui: 20 Juli 2023   06:11 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: tempatbacabaca.blogspot.com 436x260

Prosais Bukan Karunia yang Dihinakan
Di balik segala cemoohan dan hinaan yang aku terima, aku tidak merasa terhina. Aku menyadari bahwa cemoohan itu bukanlah tentang karunia yang aku miliki, melainkan tentang bagaimana orang lain memandangku. Karunia yang aku miliki mungkin tidak selalu tampak di mata mereka, tapi itu tidak mengurangi nilai dan keunikan diriku.

Saat kata-kata menusuk hati dan mereka mencoba merendahkan diriku, aku memilih untuk tidak larut dalam kesedihan. Aku percaya bahwa kekuatan yang sesungguhnya terletak dalam hati yang teguh, semangat yang tak pernah padam, dan keyakinan diri yang kokoh. Aku menghadapi segala tantangan dengan senyuman tulus, karena aku tahu bahwa tidak ada yang bisa mengubah siapa aku sebenarnya.

Dalam perjalanan hidup yang penuh liku-liku, aku belajar untuk menerima diri sendiri dengan segala kekurangan dan keterbatasanku. Aku tidak sempurna, dan itu adalah hal yang manusiawi. Aku menemukan kekuatan dalam kelemahanku, dan dari sanalah aku tumbuh menjadi lebih baik.

Kadang-kadang, dalam keheningan malam, aku merenungkan arti sebenarnya dari cemoohan dan hinaan itu. Aku menyadari bahwa mereka hanyalah bayangan yang tak berarti, jika aku memilih untuk tidak membiarkan mereka mengendalikan diriku. Aku menganggapnya sebagai ujian kehidupan, untuk menguatkan tekad dan semangatku.

Aku tahu bahwa aku bukan satu-satunya yang mengalami cemoohan dan hinaan. Setiap orang memiliki cerita hidupnya sendiri, dan setiap orang memiliki beban yang berbeda. Aku belajar untuk saling mendukung, karena kita semua manusia dengan perasaan dan emosi yang sama.

Jadi, aku menolak untuk membiarkan cemoohan itu meruntuhkan diriku. Aku bangkit dari setiap hinaan dan melangkah maju dengan kepala tegak. Aku percaya bahwa takdirku tidak ditentukan oleh kata-kata orang lain, melainkan oleh apa yang aku lakukan dan bagaimana aku merespons setiap ujian kehidupan.

Aku ingin membuktikan pada dunia bahwa aku adalah lebih dari sekadar hinaan. Aku adalah diriku sendiri, dengan segala keunikan dan keistimewaanku. Aku adalah keajaiban yang tak ternilai harganya, dan tidak ada yang bisa merubah pandangan itu kecuali diriku sendiri.

##

Bukan Karunia yang Dihinakan
Oleh: Penadebu

Di balik derai kesedihan, kini berdiri gagah,
Bukan karunia yang dihinakan, namun hati yang tabah.
Dalam coretan takdir, mengalir air mata pilu,
Namun semangat tetap berkobar, tak tergoyahkan sekalipun.

Takdir tak selalu indah, kadang pahit getir dirasakan,
Namun dalam setiap luka, terbersit keyakinan teguh terpancar.
Bukan karunia yang dihinakan, namun semangat yang berkobar,
Menari di gelap malam, menghadapi duka yang merayap perlahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun