Oleh: Penadebu
Pembaca kompasiana saya akan berjalan menyusur kampung halaman kelahiranku. Setelah 35 tahun tidak saya jamah 1 persatu kenangan. Ada hal menarik dikala saya masih kecil. Waktu itu umurku baru sekira 9 tahun namun aku bisa melihat yang terjadi di lorong jalan ini. Jalan yang sering saya lewati ketika kambing gembalaan diantar ke padang rumput pantai selatan.
Salah satu yang menyita perhatiannku adalah pohon krapyak sejenis pohon beringin yang berumur ratusan tahun. Ini aku dapatkan ketika mbah buyutku bercerita. Di sinilah kepercayaan animisme dinamisme bermula. Dahulu menjelang lebaran. Pohon beringin ini menjadi hal favorit bagi leluhur leluhur desa kami untuk menaburkan bunga kenanga disertai bunga bunga kantil lainnya. Yah pemandangan pada waktu itu agak serem serem sedap.
Bagaimana tidak menjelang acara apapun mesti mereka akan menaburkan bunga dan sejajen lainnya. Harumnya warna warni. Hal yang paling menumbuhkan bulu kuduk adalah bau bakaran kemenyan yang menusuk hidung.
Pokoknya dahulu para leluhur leluhur kami jika punya hajat kalau tidak ikut menaburkan bunga di sana tidak lengkap. Terlepas dari bahasa apapun waktu itu yang jelas, aku dahulu ketakutan bila melewati jalan itu sendirian. Padahal itu semua hanyalah halusinasi, cerita dari orang ke orang.
Kini setelah 56 tahun seumuran, aku datangi. Pohon tua ini tidak seseram yang dahulu. Modernisasi mengimbas ke pola hidup dan keyakinan generasi berikutnya, setelah pengikut kepercayaan beralih ke Islam modern.Â
Ajaran yang menyatakan bahwa apapun yang ada di dunia adalah ciptaannya. tak ada yang lebih tinggi dari keluasaannya. Allah telah membukakan tentang sebuah kepercayaan bahwa pohon tua itupun adalah bagian kecil banget. untuk diagung-agungkan.
Dari sinilah masyarakat desa kami akhirnya tahu, menghormati leluhur itu kewajiban mengikuti dan tidak mengikuti hal hal yang tidak dilakukan leluhur adalah keyakinan. Oleh karena itu tidaklah elok untuk diperdebatkan.
Kini pohon tua itu jadi saksi bisu tinggal puing serak, kepercayaan terdahulu. Para generasi sekarang mengubah sesajen menjadi menghadiri masjid masijd dan sedekah keliling bagi fakir miskin yang memerlukan. Masya Allah desaku kini damai semakin damai. Makmur semakin makmur kecukupan sandang, pangan, papan dan kedamaian.
Masya Allah, pohon tua sekarang hanyalah sabahat botani, yang kini menjadi saksi bisu yang ikut membantu peradaban perubahan pola keyakinan.
Noyosutan, 23 April 2023
#Penadebu_Lebaran_Pohon Tua Saksi Bisu Peradaban@Kompasiana.com