Oleh: Penadebu
Haruskah aku mengalah untuk sebuah syair-syairmu
Muka dua pun enggan engkau tayangkan dalam bayang
Yang lepas ketika belalang malam mengerik di rerimbunan pohon
Honey, engkau bukanlah perjalanan kampungan
Antara jemari rindu yang mengentak dua sudut ramah
Marah, jengkel terangkai jengah.
Mari kita melahirkan sebuah mimpi
Ketika perjanjian tidur sah naluri dan biologi
Giat malam yang semakin larut
Rutan yang lengah penjagaan jiwa-jiwa tertanduk