Oleh: Penadebu
Tidak terasa ketika umur anak-anak yang dari orang tua lahirkan sudah beranjak semua dewasa. Jarang ditemukan seperti apa canda, tawa, bahkan bertengkar kemudian berdamai. Namun tidak jarang berjibaku, membela dengan segenap jiwa raga ketika salah satu keluarga dilukai oleh orang lain. Namun entahlah ketika semua saudara sudah berkeluarga. Semua mempunyai anak, istri, suami seperti jarang ditemukan untuk bisa berkumpul barang setahun sekali. Karena sejatinya hubungan persaudaraan yang sebenarnya adalah ketika saudaramu sudah sama-sama berumah tangga.
Tidak pantas bila ketika kita sudah sama-sama berkeluarga akan mengulang hal buruk. Justru kualitas kebahagiaan kita ketika saat kecil dahulu. Akankah hubungan itu masih sama ketika masa kecil dahulu ketika bertengkar kemudian bermain bersama lagi. Dan kadang memeluk erat karena ketidak berdayaan menggapai sesuatu yang menjadi permainan bersama. Ketika kecilnya bermain dengan mainan ala kadarnya akan menyentuh dan menjadi goresan batin yang berujud bahagia atau sebaliknya.
Ketika ada yang mengganggumu, sebagai kakak tidak ada cerita jika tidak membelanya. Seperti halnya "rawe rawe rantas malang-malang putung." Keberanian muncul karena keadaan dan rasa membela harga diri, martabat. Jiwa melindungi dan menyayangi untuk seorang adik. Demikian juga seorang kakak tidak pernah menunjukkan kesedihannya di depan adik-adiknya sekalipun bahu rasa sudah terbebani dengan tenaga dan pikiran. Kadang juga rasa sakitnya karena harus memilih jodoh pendampingnya sekalipun. Penuh liku dan debu. Ketakutan adik-adiknya jika kakak iparnya kelak akan menguasai kakak kandungnya. Bahkan yang ditakutkan akan melupakan jasa ibu bapaknya. Duh gusti... sedalam itukah pikiran adik-adik yang selalu menyayangi kakaknya.
Saat bermain bersama anak-anak lainnya saat terjadi berselisih paham kemudian kau panggil kakakmu lalu dengan badannya yang lebih besar dia membelamu karena kau adalah adiknya. Ini saangat lazim ketika kita masih sama-sama masa kecil dahulu. Atau ketika kau membela adikmu yang memang bersalah demi sebuah kata karena "dia adikku."
Ketika makanan yang dihidangkan ibumu....dibagi bersama saudaramu.Satu makan tempe maka semua tempe....tak ada yangg dipilih kasih. Satu makan telor maka dibagilah telornya jika hanya satu butir. Atau ketika bapakmu pergi kondangan dan membawa satu tempat makanan....pasti berebut makanan kesukaan tapi ujung-ujungnya makan bersama dalam satu wadah.
"Ah.. betapa akan sangat dirindukan hal-hal seperti itu."
"Akankah moment kebersamaan itu masih ada ketika kalian sudah berumah tangga?".
Ketika satu menjadi kaya yang lain hanya biasa saja. Ketika satu menjadi orang terhormat sementara yang lain hanya jadi rakyat biasa. Atau ketika yang satu telah menjadi sangatlah alim....tetapi yang lain masih mencari jati diri, belum dibukakan hidayah.
Maka selayaknya saudara tetaplah saudara. Semua dilahirkan dari ibu dan bapak yang sama, maka darah saudaramu juga sama denganmu. Semua sudah sepatutnya saling mengingatkan, saling membantu, saling bergandengan tangan, karena sesungguhnya saudaramu jauh di lubuk hatinya akan juga mendoakanmu.
Ketika kau menjadi kaya...saudaramu tidak akan meminta hartamu tetapi dengan bangga dia akan berkata pada semua orang, "Lihatlah, saudaraku sudah jadi orang kaya."