Mohon tunggu...
Muhammad Nur Hasan
Muhammad Nur Hasan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Hanya ingin bisa melukis dunia, membuat sejarah dengan berkarya, dan meninggalkan jejak dengan menulis...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Memoar; Dibentak Dosen

19 Juli 2012   15:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:47 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[Maaf, tulisan ini baru dalam proses penerbitan. Mohon sabar menunggu. Terimakasih] Ini adalah cerita saya kemarin. Karena kejadian ini cukup unik, saya rasa boleh juga untuk diabadikan kisah-sedih-yang-jadi-bahan-tertawaan-semua-orang ini. Jadi, kegiatan perasistenan saya semester ini ditutup dengan penandatanganan berita acara oleh dosen. Nah, mungkin cuma buat gambaran aja, dosen saya yang satu ini memang baik banget, dan beliau sangat-sangat-sangat suka pada anak perempuan. Jadi buat saya, kehidupan saya lebih enak selama kegiatan asisten ini. Cuma yaaaa, beliau memang orangnya agak konvensional. Jadi kalau menghadapi beliau ini memang harus sopaaaan sekali. Dan kalau ada yang menurutnya nggak sopan, maka beliau bisa jadi agak galak. Kemarin ini, untuk pertama kalinya saya dimarahi oleh beliau, bahkan saya sampai harus mengelap meja kerja beliau. Kaget kan kaget kan? Hahaha, saya juga kaget sekali. Antara rasa takut tapi juga geli karena nggak semua dosen akan membiarkan mahasiswanya mengalami pengalaman seperti itu. Jadi, kemarin ini kan saya menghubungi beliau untuk meminta tanda tangan dan seperti biasa saya menunggu di lab, tapi di luar ruang dosen. Nah, saya tanya-tanya, ternyata beliau ada di ruang dosen. Ya sudah lah, saya masuk aja, mengetuk ruangan tersebut. Ternyata dia sedang makan dan meminta saya menunggu 5 menit untuk menyelesaikan makanannya. Ya sudah saya tunggu di luar 5 menit sambil pasang kuping. Nah, udah 5 menit lebih berlalu dan saya tidak lagi mendengar suara sendok beradu dengan piring dari ruang dosen, saya masuk lagi. Ternyata eh ternyata, dia belum selesai makan (tapi dia sambil ngerjain yang lain kayak ngetak-ngetik email begitu). Saya disuruh tunggu di luar sampai dia panggil kalau udah selesai makan. Yasudah, saya tunggu di luar lagi. Setengah jam saya menunggu di luar. Beliau (sepertinya) sudah selesai makan bahkan sudah mencuci tangan di wastafel di ruangan saya menunggu. Dan saya masih menunggu karena beliau tidak juga memanggil saya. Dan jelas, dia sudah selesai makan (yang saya pahami kan dia meminta saya menunggu dia selesai makan). Dia masih entah ngapain, tapi sepertinya udah selesai makan. Tapi dia belum memanggil saya juga. Yasudah, saya mengetuk lagi ke ruangan dosen. DAN SAYA MULAI DIMARAHI! Nyeeeeeeeeehh, dia bilang, “Kamu nggak sabar banget sih”. Terus, karena takut, saya keluar lagi. Nggak berapa lama, beliau keluar memegang selembar tissu dan dengan marah bicara pada saya, “Kamu nggak sabar banget sih? Saya lagi bersihin meja tau. Kotor nih kena oli (mungkin maksudnya minyak kali ya). Sini kamu aja yang bersihin meja saya!” Gitu doooong, saya panik kan jadinya. Dan dia membiarkan saya mengelap mejanya  . Masih sambil misuh-misuh, “Kamu hari ini kenapa sih nggak sabar banget? Biasanya kamu baik sama saya”. Duh, saya udah minta maaf berulang-ulang tuh. Takut, tapi disatu sisi geli juga karena pada dasarnya kan saya bingung, kan. Untung setelah itu dia bersikap biasa aja. Begitu keluar, lagi-lagi saya minta maaf. Dan masih dibilang, “Iya, lain kali yang sabar dong”. Gitu. Baiklah, Ibu. Saya lain kali akan tidak bingung lagi ya Bu ya. Maafkan saya. Terus, keluar dari ruang dosen dan bertemu dengan teman-teman, dan kemudian saya ceritakan. Eh, bukannya ikut dikasihani, malah mereka mentertawai saya. Huft~ Dan kepada siapapun saya cerita pasti saya ditertawai. Apalagi, saya jodoh banget dengan dosen yang satu ini. Dosen pembimbing kerja praktik saya beliau, lho! Hahaha. Bahkan saya mulai berpikir apa TA saya sama dia saja, toh sudah kenal ini. Hahaha 

:D
:D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun