Buat kalangan generasi muda, sejarah mungkin dirasa membosankan. Seperti ketika guru menerangkan sejarah politik Indonesia apalagi yang berkaitan dengan kebijakan politik masa Soekarno dengan demokrasi terpimpin ataupun demokrasi liberalnya, banyak yang menguap kebosanan. Padahal jika ditelaah lebih teliti, sejarah bukan hanya sekadar kisah masa lalu ataupun dongeng sebelum tidur. Sejarah memiliki manfaat penting secara nggak langsung untuk menjadi spion dalam menentukan kebijakan pemerintah untuk masa lebih lanjutnya, lho! Bayangkan kalau sejarah nggak dipelajari. Mungkin negara ini bakal ada ke-chaos-an lagi.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Kalimat itu tentunya nggak asing bagi orang-orang. Tapi, yang tidak disadari oleh generasi muda, menghargai jasa pahlawan bukan hanya dengan upacara bendera hari senin. Salah satu contohnya adalah dengan menghilangkan rasa malas. Ugh, padahal generasi muda ini adalah si serba instan yang mana hobi mageran tanpa ingin repot. Gawat, nih.
Kita nggak boleh, dong, mangkir dari pelajaran sejarah. Misalkan kalian izin ke kamar kecil, maka yang seharusnya terjadi adalah benar-benar ada di kamar kecil. Dan tentunya setelah selesai, kalian harus kembali melanjutkan belajar. Jangan malah putar-putar dari kamar kecil langsung ke kantin buat makan gorengannya bu kantin yang enak. Kasihan gurunya, kan?
Belajar sejarah itu bermanfaat, kok. Mau tahu lengkapnya? Yah, meskipun nggak lengkap-lengkap banget, sih.
1. Sejarah mampu menjadi pendorong seseorang untuk maju
Kenapa? Karena pastinya orang pintar nggak akan mau jatuh pada lubang yang sama. Misalkan kita sedang menekuni materi tentang alasan dari runtuhnya kerajaan Majapahit, kita bakalan tahu kalau faktor internalnya adalah perang saudara. Nah, kita ambil kesimpulan kalau misalnya Indonesia punya konflik antar-pemerintahannya,- secara otomatis Indonesia sedang mengalami penyebab keruntuhan suatu negara. Karena kita pastinya nggak mau terkena imbas keruntuhan, secara saja kita akan mencoba untuk berdamai dan kemudian menyuarakan pendapat agar kita nggak mengalami kemunduran.
2. Sejarah mampu menjadi pengukur sesuatu
Kok bisa, sih? Karena apa yang pernah terjadi di masa lalu menjadi patokan. Misalnya tentang bumi. Kalau saja Galileo Galilei nggak bakalan ngomong kalau bumi itu bulat, maka kita akan sama seperti orang dulu yang mengatakan kalau bumi itu datar. Kajian tentang bumi ini terus diteliti dengan seksama dimana pengukurnya adalah teori Nicolaus Copernicus yakni teori heiosentrisme. Pengukuran seperti itu juga membutuhkan observasi mendalam dan kajian lain bahkan sampai gagasan bumi itu bulat oleh Pytagoras.
3. Sejarah mampu menjadi penyebab inovasi
Zaman dulu, pada masa pra-aksara,- manusia purba tidak bisa menulis. Seiring perkembangan otak, mereka mampu berpikir sedikit demi sedikit. Mungkin mereka ngomong gini, "Rasanya kok kita kayak makhluk bodoh, sih?". Dan qadarullah, akhirnya mereka berinovasi membuat aksara. Lebih dekat aja, deh, contohnya. Mmm... Pada masa dinasti Joseon, Raja Sejong merasakan betapa rumitnya menggunakan aksara Hanja dan beliau berkeinginan untuk membuat rakyatnya melek huruf. Akhirnya sang raja bereksperimen dan jadilah hangul dengan aksara yang lebih mudah!