Mohon tunggu...
Andi Idhil
Andi Idhil Mohon Tunggu... -

Sarjono 1 di Malang, Sarjono 2 di Perancis sama Italy, dan Sarjono terakhir di Swiss

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Orang-orang Nuklir

24 Januari 2010   22:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:17 1141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="714" caption="Foto"][/caption]

Tiga hari belakangan ini saya dapat tugas dari institut untuk ikut pertemuan teknis konsorsium proyek riset  Gen IV and transmutation materials atau disingkat dengan GETMAT. Kebetulan yang jadi tuan rumah adalah institut saya sendiri jadi tidak perlu ke luar daerah yang biasanya cukup melelahkan. Proyek GETMAT ini merupakan sebuah proyek riset yang dibiayai oleh Komisi Eropa denga tujuan utama menghimpun semua pusat riset material di eropa untuk bersama sama  memilih dan menentukan karakteristik material (dalam hal kekuatan mekanis, ketahanan korosi, kococokan dengan cairan pendingin, serta ketahanan beban radiasi nuklir) yang akan digunakan atau diaplikasikan sebagai material untuk membangun reaktor nuklir masa depan yang lebih ekonomis, ramah lingkungan serta mampu bertahan untuk jangka waktu sampai 60 tahun.

Tidak kurang dari 13.6 M Euro yang kalau dirupiahkan hasilnya pasti buanyak digelontorkan oleh komisi eropa untuk membiayai riset ini dalam jangka 60 bulan. Sebuah jumlah uang yang sangat besar untuk sebuah riset, tapi jika dibandingkan dengan korupsi di Indon esia, sebut saja bank century, rasa rasanya jumlah tersebut (13.6 M Eur) saangat saangat kecil. jadi sebenarnya negara Indon esia kita ini juga cukup mampu membiayai riset riset besar yang dampak sistemiknya sangat pasti dan terukur jika saja pemerintah kita punya kema(L)uan besar untuk benar benar memikirkan masa depan negara dan masyarakat. Tentunya ada banyak subyek dan obyek riset di Indon esia dari dasar lautan sampai puncak pegunungan yang dapat dikaji untuk kepentingan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat Indon esia, itupun kalau punya kema(L)uan. Risetlah yang membuat negara semakin maju bukan dengan menerbitkan SUN atau berutang lalu dikorupsi.

balik ke topik ...

Pertemuqn tersebut dihadiri oleh perwakilan dari masing masing /lab./institut yang terlibat dalam proyek riset tersebut  dengqn total peserta yang hadir tidak kurang dari 50 orang peneliti dan insinyur dari Spanyol, Inggris, perancis, jerman, belgia, italia, swedia, finlandia, rusia, swiss ditambah dua orang peneliti berkebangsaan china dan terselip juga satu orang indonesia.

Yang cukup menarik adalah sekitar 16 atau 17 orang peserta pertemuan ini adalah wanita yang semuanya tentu saja manis dan cantik paling tidak 20-25 tahun lalu. Ini cukup menarik bagi saya karena bidang yang mereka tekuni adalah bidang yang menurut saya tidak terlalu cocok bagi wanita, soalnya berhubungan dengan material, logam, dan radiasi nuklir.

Hari pertama dimulai sekitar jam 13:00, hanya diawali dengan kata pengantar sekitar 5 menit dari tuan rumah yang menyampaikan beberapa hal administrasi, hotel, transportasi bus serta jadwal makan malam bersama. Tidak ada kata sambutan yang panjang lebar, formalitas dari pejabat, ketua panitia khas pertemuan pertemuan di Indon esia.

Setelah pengantar singkat dari tuan rumah, pertemuan langsung dilanjutkan dengan presentasi dan laporan dari beberapa peneliti tentang kemajuan riset yang telah dilakukan, kendala yang dihadapi serta proyeksi kerja tahun 2010. Tidak ada perdebatan seru yang terjadi atau pertanyaan bantai membantai khas presentasi di Indon esia, dan yang bagus menurut saya adalah tidak ada peserta yang ngotot atau berkeras hati mempertahankan pendapatnya sehingga masalah masalah yang ada selalu diakhiri dengan solusi. Kadang kadang si Ibu Koordinator agak ngeyel untuk menekan masing masing Lab agar bekerja tepat waktu sehingga pekerjaan Lab lainnya juga tidak terlambat. Hari pertama isinya full tentang pemodelan material untuk reaktor nuklir, saya nggak berani nanya apalagi kasi pendapat soalnya takut salah, maklum yang mereka presentasikan atau bahas adalah ilmu tingkat tinggi, istilah istilah yang dikeluarkan juga rada rada asing  jadi kerjaan saya cuma nyatet kata kata kunci yang dilontarkan abis itu googling nyari artinya...maklum pemula ...

Oh iya, hari pertama ini ada juga presentasi dari beberapa industri yang memproduksi material, komponen untuk pembangkitan energi. Ada Areva dari prancis, Arcelormittal serta Alstom. Orang Indon esia mungkin cuma familiar dengan Alstom serta Arcelormittal, apalagi arcelormittal yang pemiliknya salah satu orang terkaya dunia membangun bisnisnya dgn membeli berbagai pabrik baja di dunia... salah satunya ispatindo indonesia ... sayangnya Pabrik baja Indonesia tidak berkembang, bahkan ada rencana buat dijual ke pihak asing ... rencana yang menurut saya cukup menohok dan menghina kemampuan orang indonesia sendiri.

Kalau hari pertama membahas modelling maka hari kedua tentang metalurgi sekaligus cara produksinya plus metode eksperimental yang dilkakukan dalam proyek ini. Ada banyak jenis test material yang dilakukan di antaranya tes charpy, tes tensile, tes korosi, observasi struktur baja dengan sinar neutron, dengan synchrotron, observasi dengan mikroskop elektron, dengan mikroskop cahaya, Uji kerusakan radiasi, Uji In⁻situ, dan lain sebagainya. Waktu laporan dan presentasi ini berlangsung saya sebenarnya tidak begitu memperhatikan isinya, cuma sesekali nyatet referensi jurnal yang disebutkan, yang sering saya lakukan malah menghayal, mikir, berangan angan bahwa tes tes tersebut sebenernya bisa juga dilakukan oleh otak otak orang indonesia cuma memang perlu belajar lebih keras lagi dan yang paling penting penyediaan fasilitas penelitian yang memadai. Tapi entah kenapa, pemerintah/dpr tidak punya kema(L)uan besar untuk menyediakan atau melengkapi struktur dan infrastruktur penelitian, mungkin saja dipikirnya karena riset teknologi tidak punya dampak "sistemik" bagi partai politik dan kekuasan mereka alias penelitian nggak ada efeknya. Padahal bisa dilihat buktinya, bahwa negara maju karena pemerintahnya mendorong habis habisan aktifitas riset dan pengembangan tentu saja bidang bidangnya punya skala prioritas tergantung kebutuhan negara tsb.

Hari kedua pertemuan diwarnai oleh satu perdebatan panas antara seorang professor yang sedikit konservatif melawan beberapa peneliti yang moderat. Ini dipicu oleh presentasi peneliti dari Universitas Karlsruhe  yang melaporkan bahwa mereka mengalami kesulitan memproduksi Material baja ODS dengan konsentrasi Cr 9% dan ini mengancam jadwal percobaan atau tes yang akan dilakukan oleh lab lain. Kemudian peneliti dari karlsruhe ini menawarkan solusi untuk mengganti dengan kadar Unsur Cr 12% dan membelinya dari perusahaan Kobelco Research Institute jepang, alasannya karena bisa didapatkan dgn cepat dan juga masih merupakan material tahap riset. Yang penting konsentrasinya tidak jauh dari 12% Cr

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun