Telah bertahun-tahun negeri yang kesuburannya sudah tersiar ke seluruh penjuru itu dipimpin oleh seorang Raja yang baik dan bijaksana. Sang Raja begitu dihormati dan dikagumi oleh seluruh rakyatnya. Rakyat tidak pernah merasa kekurangan, persediaan pangan selalu terjaga dengan sangat baik, roda perekonomian rakyat berputar dengan lancar, keamanan serta kenyamanan rakyat tidak pernah menjadi masalah yang mengusik rakyat, semuanya berjalan dengan sangat baik dibawah kepemimpinan Sang Raja.Â
Seyogianya, ketika Sang Raja sudah tak lagi mampu memimpin rakyatnya, ia akan menyerahkan tongkat kepemimpinan pada anaknya. Namun, sangat disayangkan, dalam usianya yang hampir memasuki kepala enam, ditambah kondisi fisiknya yang terus melemah karena penyakit, Sang Ratu tak bisa memberikannya keturunan. Inilah yang menjadi ketakutan terbesar bagi rakyat.Â
Sejauh yang mereka ketahui, jika Sang Raja mangkat tanpa mempunyai keturunan, tahta akan beralih ke tangan adik sang Raja yang berwatak seratus delapan puluh derajat berbeda dari Sang Raja.
Semakin hari kondisi fisik Raja semakin melemah. Badannya kini kurus, tak lagi sekokoh kemarin. Belakangan, Tabib kerajaan mengatakan bahwa kerusakan pada salah satu ginjal Raja semakin parah dan harus segera dilakukan pembedahan untuk mengangkat ginjal Sang Raja.Â
Sang Tabib menambahkan, Raja tidak bisa lagi melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa sebagaimana ketika ginjalnya masih utuh dan sehat. Satu-satunya cara agar sang Raja bisa tetap sehat untuk memimpin rakyatnya adalah dengan menerima donor ginjal. Raja merasa sedih, ia hanya bisa meratapi nasibnya yang tidak bisa memiliki keturunan serta tubuhnya yang digerogoti penyakit.Â
Dengan penyakit yang dideritanya, Raja merasa hidupnya di dunia tidak akan lama lagi. Akhirnya, Sang Raja yang sangat mengasihi rakyatnya itu hendak membuat sebuah pengumuman kepada rakyatnya. Maka, dikumpulkanlah seluruh rakyat pada suatu pagi di depan istana. Raja, dengan badan yang kurus berbalut cinta dan kemurahan hatinya keluar dari istana untuk menemui rakyatnya. Ia menatap ke bawah, memandang rakyatnya dengan mata yang selama ini memancarkan harapan bagi mereka.
"Rakyatku.. Kalian tahu betul betapa aku mencintai dan mengasihi kalian" Hening, seluruh rakyat terdiam dan mengarahkan perhatiannya pada Sang Raja dan perkataannya. "Kalian tahu betapa aku selalu ingin menjalani hidup di negeri yang indah ini bersama kalian. Tapi rakyatku,"kalimat yang keluar dari mulut Sang Raja mulai patah-patah dengan jeda beberapa detik dari satu kata ke kata lain. "kita semua tahu bahwa itu semua hanyalah sebatas keinginan kita saja. Kita semua, cepat atau lambat, harus menghadapi kematian kita. Tak selamanya aku bersama kalian, dan tak selamanya kalian bersamaku"
Rakyat yang berdiri di depan istana gemetar, jantung mereka tiba - tiba berdegup kencang ketika mendengar perkataan rajanya. Seketika terlintas dalam pikiran mereka, masa-masa penuh kejayaan yang mereka alami bersama Sang Raja. Mereka khawatir, bagaimana jadinya kalau Raja tiada dan tahta harus jatuh ke tangan besi adik Sang Raja.
"Raja tidak boleh pergi secepat ini" rakyat yang hadir di depan istana saling berbisik. "Ya, Raja harus sembuh dari penyakitnya".
Di tengah - tengah rakyat yang berkerumun itu, seseorang berkata kepada yang lainnya, "Aku mendengar kabar bahwa Raja mengalami penyakit yang serius pada salah satu ginjalnya. Tabib kerajaan bisa saja mengobatinya, mengangkat ginjalnya serta menggantinya dengan ginjal yang baru"