Mohon tunggu...
Pemulung Kata
Pemulung Kata Mohon Tunggu... Lainnya - Secangkir kopi dan sejuta inspirasi

Pemulung Kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Manusia dan Tradisi

17 Mei 2022   15:56 Diperbarui: 17 Mei 2022   15:59 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Eksistensi Manusia dan Tradisi dalam Jejak Hidup Manusia

Di tengah perkembangan dunia yang semakin kompleks, manusia mulai sibuk dengan mengejar apa yang ingin di capai, sebagai misal, karier, kekayaan, popularitas, hingga ingin mempunyai apa yang diinginkan. Situasi hidup yang sudah semakin berbeda dengan peradaban yang maju, membuat manusia semakin gencar untuk terus memburu hal-hal konkret yang dapat memberikan kenyamanan dan kebahagiaan hidupnya. Apalagi ditunjang dengan teknologi mesin yang mumpuni, yang memberi kemudahan bagi manusia.

Kemajuan zaman yang kian pesat dan instan di satu sisi membantu dan memberi suatu paradigma berpikir yang sangat berbeda. Namun, kenyataanya menunjukan bahwa ada sisi negatif yang selalu membayang dan juga mengancam dalam arus modernisme yang kuat ini. Ada bahaya dimana, hilangnya cara-cara atau model hidup lama, sebagai misal, gotong-royong, toleransi, dan beberapa budaya lain yang menjadi tradisi.

Tulisan ini, mencoba untuk melihat tradisi sebagai sekumpulan budaya yang tidak hanya mati dalam kata, namun selalu hidup dalam tindakan-tindakan manusia dan terus bergerak maju bersama dalam jejak-jejak hidup manusia. Tradisi tidak seperti apa yang di kira-kira, bahwasannya yang berlalu biarlahlah berlalu dan harus ditinggalkan bahkan dilupakan. Tradisi itu tidak demikian, karena tradisi menjadi bagian yang tidak terpisah dari eksistensi manusia. Memang tradisi dibuat dan dibentuk oleh manusia, tapi bukan berarti bahwa tradisi boleh dibiarkan atau dilupakan begitu saja. Karena bagaimana pun juga tradisi, mempunyai peran penting dalam keseluruhan keberadaan manusia.

"Tradisi atau Traditio (Latin) adalah budaya yang diwariskan atau di share. Hal- hal yang diwariskan adalah nilai-nilai dan keutamaan terpola yang telah dicapai dan ditemukan oleh orang-orang yang penuh dengan komitmen, tanggung jawab dan kreativitas dalam konteks pencarian sesuatu yang beguna dan perlu bagi hidup agar mampu berhadapan dengan tantangan zaman" (Biru Kira, Menafsir Dunia, Sebuah Usaha Menyajikan Kembali Pemikiran Gerorge F. McLEAN, Dalam Rangka Merespon Zaman Global, Kanisius 2012). Kita bisa melihat betapa pentingnya tradisi dalam kehidupan manusia, yang dapat dikatakan sebagai suatu normal moral dalam hidup manusia.

Namun yang pertanyaan adalah, apakah relevansi tradisi masih terasa dan masih tetap eksis di tengah peradaban manusia yang semakin modern ini? Menurut Habermas "sebuah masyarakat kehilangan identitasnya apabila generasi berikut tidak lagi mengenali diri kembali dalam tradisi hakiki masyarakat" (Magnis Franz Suseno dalam, Pijar-pijar Filsafat, dari Gatholoco ke filsafat perempuan, dari Adam muller ke postmodernisme, Kanisius, 2015). Dari pernyataan ini, mengindikasikan betapa pentingnya tradisi bagi eksistensi manusia terutama dalam perkembangannya.

Tradisi merupakan bagian dari identitas manusia yang tidak terpisahkan. Meski ditengah peradaban dunia yang kompleks, manusia ditantang untuk bagaimana tetap berpengang pada tradisi yang telah diwariskan dari zaman ke zaman, dan dari generasi ke generasi. Tradisi bukanlah kumpulan budaya yang sudah lalu di masa lampau. Namun sebaliknya tradisi akan selalu hidup dan berjalan bersama manusia dalam waktu. Yang terpenting bagi manusia adalah, menyadari, menghidupi, dan mempertahankannya ditengah peradaban dunia yang kompleks ini.

(Pemulung Kata)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun