Bandung - Pada Sabtu (04/06/2022) lalu media massa dihebohkan dengan berita siswi SD yang diusir oleh gurunya karena tidak mempunyai HP dan seragam. Peristiwa ini terjadi pada hari Selasa (28/05/2022) ketika salah satu relawan menemukan siswi dengan inisial MF menangis di pinggir jalan.
Peristiwa ini menimbulkan perhatian dari berbagai pihak seperti PGRI yang mengimbau sekolah untuk lebih memperhatikan latar belakang anak. Dilansir dari DetikEdu, ketua Departemen Penelitian dan Pengabdian Masyarakat PGRI, Sumardiansyah Perdana Kusuma, menyampaikan sikap prihatinnya.
"Para guru harus menyadari bahwa persoalan pendidikan bukan hanya sebatas pencapaian kompetensi anak di dalam sekolah, melainkan juga mengenai bagaimana latar belakang kehidupan anak di luar sekolah, baik di keluarga maupun di masyarakat," ucapnya.
Walaupun sudah dikonfirmasi bahwa peristiwa ini merupakan kesalahpahaman antara guru dan siswi tersebut, namun berbagai pihak menanggapi dengan serius peristiwa tersebut. Pemuda Peduli sebagai organisasi yang bergerak pada pendidikan dan pengembangan karakter ini turut memberikan responnya melalui Said Alwi selaku CEO dari Pemuda Peduli.
"Sebenarnya dari berita yang beredar kemarin menjadi gambaran bahwa pendidikan masih belum berpihak sepenuhnya pada masyarakat yang membutuhkan, jadi harapannya ini menjadi PR bersama yaitu kita semua para penggerak pendidikan untuk memberikan kesempatan akses pendidikan yang lebih rata," ungkapnya.
Pemuda Peduli sendiri cukup aktif menjadi penggerak dalam pendidikan. Melalui programnya Bina Desa, Pemuda Peduli ingin memberikan akses pendidikan yang layak kepada anak-anak desa dengan melakukan pengajaran rutin.
Dari program tersebut, sudah berjalan 4 desa aktif yang menjadi desa binaan Pemuda Peduli yang secara rutin dikunjungi oleh relawan-relawan Pemuda Peduli. Alwi juga mengungkapkan harapannya melalui program yang sudah terlaksana lebih dari 5 tahun ini agar dapat memperluas akses pendidikan dan mengembangkan soft skill untuk generasi penerus bangsa.
"Kedepannya, kita sedang mempersiapkan Bina Desa ini menjadi salah satu pilihan pendidikan alternatif untuk masyarakat yang tidak hanya mengedepankan materi atau pembelajaran formal melainkan pengembangan soft skill yang bersifat kontekstual yang harapannya dapat memperluas akses pendidikan," tambahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H