Banyak kelompok yang merasa paling benar, saling hujat, sebar fitnah, permasalahan yang sebenarnya harus dibenahi mulai tenggelam, masyarakat mulai terbiasa disuapi kekerasan, terbiasa dengan drama, sampai lupa merenung.. Sudah seberapa baik kah diri kita saat ini? Sudah sebenar apakah kita untuk terbiasa saling menghardik? Suasana yang benar-benar membuat gelisah, bukan saya saja.. Mungkin sebagian isi Nusantara begitu, sungguh tidak nyaman, dan memalukan.
Bagi saya, kondisi seperti ini benar-benar membuat kegelisahan. Setiap kali membuka media sosial selalu ada satu, atau dua konten-konten yang provokatif, yang tidak jelas sumbernya dari mana. Walaupun tidak semua merasakan hal yang sama, sebagian sudah memakannya mentah-mentah sampai akhirnya terbawa arus yang penuh kebencian itu. Komedi dalam Negri ini makin menjadi, punch-line nya jadi terlalu receh, atas nama kepentingan, dan kekuasaan tentunya.
Ya, Nusantara sedang gelisah. Kesatuan sudah harus dipertanyakan, seingat saya 2 tahun kebelakang ini banyak sekali berita-berita yang berbau perpecahan, sampai bosan melihatnya. Sebenarnya, apa yang akan terjadi? Mengapa rasanya sangat tidak nyaman, gelisah, dan jujur saja... takut dengan apa yang akan terjadi. Jika menengok sejarah, jauh ke belakangan... Hal-hal seperti ini selalu saja jadi tanda bergantinya pola sebuah zaman. Pergantian rezim kerajaan dari dahulu selalu diawali dengan hiruk pikuk seperti ini, fitnah, perpecahan, lalu perang demi tergapainya kekuasaan. Mulai dari Kerajaan-kerajaan Nusantara, era kolonial lalu kebangkitan Nasional, Lalu kemerdekaan, lalu Orde lama, Orde Baru, sampai era reformasi sekarang selalu berganti dengan pola yang sama. Damai - kegelisahan - konflik dengan skala besar. Contoh terbarunya ya kejadian di tahun 98 kemarin.
Sejarah selalu terulang, makanya kita diingatkan untuk jangan sekali-sekali melupakan sejarah, JASMERAH. agar tidak mengulangi, dan bisa memperbaiki apa yang menjadi tragedu di masa lalu. Tapi kalau melihat keadaan sekarang, sedih sekali rasanya. Seperti akan ada yang terjadi lagi, semoga hanya jadi firasat buruk saya. Semoga hanya saya yang merasakan kegelisahan ini, semoga Nusantara hanya sedang menata apa yang seharusnya ditata, sehingga sila ke-5 tidak luntur nilai dan maknanya.
Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H