Sudah beberapa lama saya memperhatikan kalimat "XLangkah Lebih Maju" yang digunakan XL sebagai slogannya. Awalnya saya hanya bisa tersenyum melihat penggunaan kata yang agak '4L4y' itu, tapi setelahnya saya melihat sebuah janji, yang sangat berani. Karena pada dasarnya, ini berarti XL harus mampu menjadi lebih dari sekadar operator seluler. Lebih dari sekadar sebuah perusahaan. Saya teringat Apple, perusahaan yang produk-produknya menjadi barometer gadget saat ini. Salah satu produk unggulannya, iPhone, telah mengubah industri game dan membuat para pemain lama seperti Sony dan Nintendo 'ikut-ikutan' menjual games-nya secara virtual (alias download langsung) jika tidak ingin bangkrut karena mahalnya biaya shipping. Industri musik pun berubah. Kini masyarakat bisa menikmati lagu dari artis favoritnya tanpa perlu membeli albumnya secara keseluruhan. Terdengar janggal, tapi kenyataannya saat ini penjualan musik di iTunes sudah melebihi toko musik manapun. Ketika diperkenalkan pertama kali, banyak prediksi yang menyebut iPhone tidak akan berumur panjang. Alasannya sederhana: sudah banyak ponsel touchscreen dengan fitur email, games, pemutar musik dan video yang lahir sebelum iPhone. Tapi berapa sih jumlah ponsel dengan ribuan aplikasi menarik? Belum ada. [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Aplikasi iPhone (credit: switchws.com)"][/caption] Rahasia kesuksesan iPhone adalah aplikasinya, meski kita semua tahu: bukan Apple yang membuat seluruh aplikasi tersebut. Para developer (di luar perusahaan Apple) yang berlomba-lomba membuat aplikasi menarik. Apple memang bisa dibilang tidak memberikan apa-apa selain lapak jualan (iTunes Store). Namun semakin menarik aplikasi, berarti semakin banyak di-download, sehingga semakin besar pula benefit yang diterima oleh para pembuat aplikasi tersebut. Don't build companies, build industries. Kita bisa lihat munculnya simbiosis mutualisme antara Apple dan para developer. Industri aplikasi yang terbangun jadi menguntungkan kedua belah pihak. Berangkat dari situasi tersebut, saya sangat menghargai XL yang tidak hanya ikut perang tarif, tapi juga berkontribusi aktif mengembangkan industri telekomunikasi di Indonesia. XL telah merilis layanan pembelian aplikasi berbasis pulsa bagi pengguna BlackBerry, Nokia, dan Windows Phone. Selama ini kartu kredit adalah kendala utama penjualan aplikasi di Indonesia. Tanpa kartu kredit, pengguna smartphone tidak bisa membeli aplikasi berbayar. Akibatnya developer aplikasi terpaksa mengratiskan aplikasinya dan mencari sponsor atau memasang iklan demi mendapatkan dana untuk mengembangkan dan menyempurnakan aplikasinya. Padahal 2 keputusan tersebut seringkali mengorbankan kenyamanan dan sisi menarik sebuah aplikasi. Bak buah simalakama, aplikasi (bagus/menarik) yang tidak digratiskan kemungkinan besar akan muncul versi blackmarket-nya di situs lain dan bisa diunduh secara cuma-cuma. Ironisnya, sebagian pengunduh ilegal melakukan hal tersebut hanya karena tidak punya kartu kredit untuk melakukan transaksi resmi. Memang, sebenarnya ada alternatif metode pembayaran lain seperti iTunes gift card untuk belanja di iTunes Store dan PayPal untuk belanja di Android Market. Namun keduanya dinilai masih kurang praktis digunakan oleh orang Indonesia. Sementara transaksi via pulsa bukanlah barang baru, masyarakat sudah terbiasa dengan sistem pembelian (paket internet/telpon/SMS) yang memotong jumlah pulsa. [caption id="attachment_235884" align="aligncenter" width="575" caption="Transaksi Pembelian Aplikasi Menggunakan Pulsa XL pada Windows Phone (credit: http://www.xl.co.id)"]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI