Mohon tunggu...
Lendra Bayu
Lendra Bayu Mohon Tunggu... karyawan swasta -

[ Blogger, Reviewer, Reporter. ] \r\n\r\nKadang males buat bales komentar. Pliss.. Jangan marah kalau komentar kamu gak saya bales. Ikhlasin aja, biar Tuhan yang bales :P\r\n\r\nCP: lendra.mail@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Review Komik Lokal: #Nusantaranger

20 Januari 2014   16:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:39 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1390208997700078793

[caption id="attachment_291038" align="aligncenter" width="600" caption="Hasil screenshot situs http://nusantaranger.com/karakter/"][/caption] Saya suka komik, tumpukan komik terbitan Elexmedia Komputindo di meja belajar kamar saya jadi bukti. Dan kawan-kawan sekantor saya pun jadi saksi bagaimana saya menghabiskan waktu luang dengan mengunjungi situs baca komik online. Tapi jumlah komik lokal yang saya baca hanya sedikit. Setidaknya hanya ada buku kumpulan kartun Si Gundul dari tabloid Bola dan Lagak Jakarta edisi pertama karya Benny & Mice yang jadi koleksi saya. Bahkan jika ditambahkan dengan komik jadul serial petualangan Gareng & Petruk karya Tatang S, jumlah komik lokal yang saya nikmati ternyata hanya sedikit. Makanya saya sangat bersemangat ketika kawan-kawan twitter menceritakan kemunculan komik lokal Nusantaranger yang memiliki ide yang keren, naskah yang kuat dan gambar yang bagus! Ini adalah review saya untuk komik Indonesia yang bisa dinikmati langsung di situsnya: http://comic.nusantaranger.com/ Dalam industri film ada 'aturan 15 menit', sebuah rumus tidak tertulis yang 'mewajibkan' setiap film menjelaskan siapa tokoh utamanya dan apa inti cerita dari film tersebut. Tidak harus tepat 15 menit memang, tapi penonton akan bosan jika dibuat terlalu lama 'menebak' lewat adegan pembukaan yang terlalu panjang. Misalnya, dalam 15 menit pertama 'Now You See Me' penonton akan paham bahwa film ini adalah tentang 4 pesulap yang dikumpulkan oleh satu tokoh misterius dengan tujuan melakukan aksi sulap yang spektakuler. Dalam komik pun ada rumus serupa: 'aturan satu chapter/babak'. Bedanya, selain menceritakan tema besar dan siapa tokoh utamanya, babak pertama sebuah komik harus bisa menggambarkan kemampuan tokoh utamanya dalam kemasan cerita singkat. Sebuah petualangan satu babak yang tetap menjadi cerita keren meskipun jika komiknya tidak dilanjutkan ke babak 2, 3, dst. Misal, babak pertama komik Detective Conan menggambarkan Shinichi Kudo berhasil memecahkan kasus pembunuhan di roller coaster kemudian dibuat kerdil oleh kelompok berjubah hitam. Bab pertama komik One Piece menggambarkan Luffy kecil yang ngotot bergabung dengan sebuah kelompok bajak laut namun pada akhirnya sadar masih terlalu lemah untuk bertualang mengarungi samudra. Dalam satu babak pembaca paham: Detective Conan adalah komik tentang petualangan seorang detektif cilik dalam mengungkap sebuah organisasi rahasia berbaju hitam. Dan dalam satu babak, pembaca tahu: One Piece adalah komik tentang petualangan seorang manusia karet mengarungi pulau dan samudra untuk menjadi raja bajak laut. Babak pertama adalah kelemahan Nusantaranger. Jika komik lokal ini dibuat tamat di babak pertama, maka Nusantaranger hanyalah sebuah cerita tentang Rangga yang bermimpi bertemu seseorang di candi misterius. Dari judulnya yang menyantumkan kata 'ranger' kita tahu tokoh misterius itu akan memberikan kekuatan (alih-alih harta karun), tapi kekuatan seperti apa? Bisa terbang? Mengontrol api? Bisa berubah jadi hewan? Apakah dapat para ranger akan dapat senjata? Sebatas pedang pusaka? Atau dapat robot raksasa yang bisa bersatu seperti kepunyaan Power Rangers? Lalu apa tujuan Rangga diberi kekuatan? Sebatas melindungi candi? Atau akan pergi meninggalkan sekolah demi membasmi kejahatan dari Sabang sampai Merauke? Belum lagi pertanyaan-pertanyaan kurang penting yang dihubungkan dengan posternya (yang dijadikan teaser sebelum komiknya tayang): jika tokoh utamanya Rangga (Ranger merah), kenapa posisinya dalam poster bukan di tengah? Intinya adalah, babak pertama Nusataranger terlalu sedikit bercerita sehingga rasa penasaran pembacanya menjadi terlalu luas. Bahkan ketika babak keduanya muncul pun pertanyaan-pertanyaan tadi masih belum terjawab. Tapi bukan berarti Nusantaranger jelek. Menggali kekayaan budaya dan sejarah Nusantara yang digabungkan dengan pasukan (Ranger) penyelamat bumi itu ide yang super-duper keren! Setiap adegannya digambarkan dengan keren. Masih terlalu 'putih' memang, tapi detail-detail humor di beberapa panel dan ekspresi wajah para tokohnya sangat menggambarkan emosi serta karakter masing-masing: takjub, kesal, merasa berkuasa, dll. Saya pribadi memberi skor 7/10 untuk Nusantaranger. Tapi dengan mempertimbangkan kualitas gambar serta naskah yang (biasanya) akan semakin membaik seiring berjalannya waktu, skor tersebut berpotensi meningkat. Saya sangat berharap Nusantaranger bisa sukses. Menjadi tonggak kebangkitan komik lokal yang berkualitas baik ide, gambar dan ceritanya. Mungkin Nusantaranger bisa menjadikan komik sebagai bagian dari identitas budaya, seperti yang dilakukan Stan Lee, Fujiko Fujio, Tony Wong, Herge, dan komikus besar lainnya. Semoga kritik dan masukan yang tertuang dalam tulisan saya dan para pembaca Nusantaranger lainnya bisa membuat Shani Budi Pandita jadi sebesar nama-nama komikus yang saya sebut sebelumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun