Mohon tunggu...
Geby Debora
Geby Debora Mohon Tunggu... -

Lahiran tahun 1998 dan kini menjadi seorang remaja yang memiliki ambisi dalam menciptakan karya. Nothing is impossible and impossible is nothing menjadi sebuah kata-kata motivasi yang menemani perjalanannya.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kuntilanak Versus Sadako

30 November 2014   16:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:27 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Kuntilanak

Indonesia. Negara yang memang kaya akan segalanya. Alam, sumber daya manusia, budaya, agama, dan tak tertinggal cerita mistisnya. Kini siapa yang takkenal dengan Puntianak (perempuan mati beranak) atau Kuntilanak? Sesosok beraurakan negatif yang taktampak wujudnya. Konon, Kuntilanak merupakan seorang perempuan hamil yang meninggal dunia dalam prosesi melahirkan. Sayangnya, anak itu belum sempat menghirup aroma kenistaan dunia.

Dalam cerita rakyat Melayu, Kuntilanak digambarkan sebagai sesosok wanita cantik yang punggunggnya berlubang. Namun pada umumnya, Kuntilanak digambarkan dengan sesosok wanita cantik dengan rambut dan gaun putihnya yang panjang. Masyarakat mempercayai bahwa Kuntilanak sering kali muncul dan meneror warga sekitar untuk menuntut balas. Keberadaannya pun dapat dikenali dengan jelas. Wangi-wangian yang menyerupai aroma bunga kamboja menjadi penandanya. Bicara mengenai keberadaannya, Kuntilanak biasanya menjelma sebagai wanita cantik yang berjalan sendirian di malam yang sunyi. Laki-laki yang taksigap maupun yang tak berhati-hati dapat terbunuh dengan mudahnya oleh sang Kuntilanak. Hal tersebut dapat terjadi karena sosok beraurakan negatif ini akan berubah wujud menjadi penghisap darah. Percaya atau tidak percaya, lagu untuk memanggil Kuntilanak tersebut ialah tembang jawa tempo dulu bertajuk “Lingsir Wengi”.

Menurut kepercayan yang ada, Kuntilanak tidak akan mengganggu para wanita yang hamil jika wanita-wanita tersebut membawa paku, pisau, dan gunting kemanapun mereka pergi. Paku dan benda-benda tajam inilah yang menjadi senjata untuk melawan sang Kuntilanak jikalau Kuntilanak tersebut menyerang.

Sadako

Melirik ke Negara Sakura, mereka pun memiliki cerita mistis yang serupa. Sadako namanya. Sadako adalah seorang gadis cilik yang cerdas, ceria, dan sangat energik. Ia lahir tepat pada tanggal 7 Januari 1943. Kala itu, ia memilih untuk tinggal dekat jembatan bernama Misasa di Hiroshima, tempat bom dijatuhkan pada tanggal 6 Agustus 1945.

Umurnya yang masih cilik membuatnya tak pernah paham akan kondisi keseimbangan jiwa dan raganya. Ia hanya menjalani kehidupan normalnya sebagai gadis yang banyak tingkah. Lari ke sana, lari ke sini, bahkan hingga mengikuti tim estafet di sekolahnya, tanpa pernah memikirkan apa yang dirasakan jiwa dan raganya. Ia pun tak memberitahu siapapun bahwa ia mulai merasakan pusing saat berlari. Satu saat, saat ia berlari, terjatuhlah ia di depan para guru hingga dipanggilah orang tuanya.

November 1954, tumbuh cacar pada leher dan bagian belakang telinganya. 21 Februari 1955, Sadako mulai mengunjungi gedung bersih tempat orang-orang mencari keseimbangan jiwa dan raga mereka. Saat itu, Sadako didiagnosa terjangkit leukemia sebagai dampak bom atom. Ya, dampak bom yang berasal dari orang-orang yang tak memikirkan bagaimana rasa kemanusiaan itu mengenai gadis cilik ini yang tak mengerti apa-apa. Dengan dorongan orang-orang berharga, Sadako tetap mencari secarik harapan untuk tetap hidup. Ia berniat membuat 1000 bangau dari secarik kertas berwarna keemasan (terinspirasi dari kisah bangau emas yang memberi harapan).

Satu hari, setelah keluarganya memaksanya untuk memakan sesuatu, Sadako meminta teh hijau dan berkomentar “It’s good”. Seutas kalimat inilah yang menjadi kalimat terakhirnya. Dikelilingi oleh orang-orang berharga, Sadako menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 25 Oktober 1955 pada usia 12 tahun. Teman-temannya menyelesaikan pembuatan bangau kertas sisanya hingga genap terkumpul 1000 bangau dan menguburkannya bersama jasad Sadako.

Cerita yang beredar dalam masyarakat tidaklah sama dengan dasarnya. Apa yang dikenal masyarakat, Sadako adalah wanita yang meninggal bukan karena sebuah unsur ketidaksengajaan. Ia dibunuh oleh ayahnya sendiri karena dianggap berbahaya bagi orang-orang di sekitarnya. Ia dituduh sebagai seorang yang tak waras dan sering kali melukai teman-temannya. Ia pun didorong ke dalam sebuah sumur tua. Mati dan tak tenang nampaknya. Sosoknya sering kali merangkak keluar dari sumur atau berdiri di tepi sumur tersebut. Dendam selalu disimpan dan dilemparkan kepada orang-orang polos disekitarnya.

Secara sekilas, memang tak nampak persamaan antara cerita mistis Nusantara dan Negeri Sakura ini. Namun jika dikaji lebih lagi, kedua cerita ini memiliki genre dan tokoh yang serupa. Ya, cerita bergenre horor ini bertokohkan seorang wanita cantik, berambut panjang, bergaun putih, dan berkulit pucat. Pembeda dari dua tokoh ini hanyalah dari umur saja. Kuntilanak adalah seorang wanita yang megandung, sedangkan Sadako adalah seorang yang masih gadis. Berbicara tentang tokoh, kedua tokoh ini sama-sama memiliki dendam yang belum terselesaikan. Baik Kuntilanak maupun Sadako, mereka tak pernah pandang bulu untuk menjadikan siapa saja menjadi korban mereka, bahkan mereka tak segan untuk mengorbankan orang-orang polos di sekitarnya. Mereka pun memiliki kemiripan dalam hal berburu mangsa. Penghisap darah. Ya, inilah yang dilakukan kedua tokoh hantu ini untuk melumpuhkan korban mereka.

Tak diketahui apa penyebab dari kesamaan dua tokoh hantu ini. Budaya? Bahkan mereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Negara? Jelas berbeda, yang satu muncul dari Nusantara dan yang satu muncul dari Negeri Sakura. Mungkin saja, penyebaran dari mulut ke mulut antar penduduklah yang menyebabkan adanya kesamaan antara dua tokoh ini.

Lepas dari persamaan yang mereka miliki, perbedaan di antara mereka tetaplah ada. Mulai dari latar dalam cerita hingga bagaimana mereka menampakan diri. Dalam cerita Kuntilanak, latar yang dominan digunakan adalah sebuah pohon, sedangkan Sadako berlatarkan sebuah sumur tua. Mengenai bagaimana mereka menampakan diri, Kuntilanak sering kali menampakan diri di tengah jalan atau di atas pohon dalam suasana malam yang sunyi dengan ciri khas suara tertawa atau teriakannya. Beda halnya dengan Sadako, ia menampakan diri dengan cara merangkak keluar dari sumur tanpa adanya suara-suara yang mengerikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun