[caption id="attachment_369906" align="aligncenter" width="538" caption="Kabinet Kerja Mejeng Bareng"][/caption]
Satrio Budihardjo Joedono adalah salah seorang mantan Guru Besar FEUI, ia menyelesaikan studi strata satunya (S1) di FEUI dengan konsentrasi ekonomi perusahaan (1963), melanjutkan ke University of Pittsburgh dan meraih gelar Master of Public Administration (1966), dan gelar Doctor of Public Administration di State University of New York at Albany (1971). Karirnya sebagai dosen bermula sebagai asisten dosen pada FEUI pada tahun 1963 hingga menjadi Guru Besar dalam Mata kuliah Teori Organisasi pada tahun 1987 dan anggota Senat dan Senat Guru Besar FEUI (1987-1994) dan anggota Komisi D Senat dan Dewan Guru Besar UI (1987-2000). Di bidang pemerintahan pun karirnya cukup elok. Di Universitas Indonesia ia menjabat sebagai Direktur (sekarang Kepala) LPEM-FEUI (1970-1978) dan Pembantu Dekan bidang Akademik FEUI (1978-1982) menata administrasi pengajaran dan kemahasiswaan, sebelum sebagai Pembantu Rektor bidang Administrasi Umum (1982-1986) mengawali pembangunan kampus UI di Depok. Ia membantu Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo sebagai Asisten Menteri Perdagangan (1970-1973) dan Asisten Menteri Negara Riset (1973-1978), kemudian menjadi pembantu Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie sebagai Direktur Analisa Sistem BPPTeknologi (1978-1982) dan Asisten Menteri Negara RISTEK (1979-1982) dan Staf Ahli (1986-1988), lalu menjadi staf Drs. Radius Prawiro sebagai ASMENKO IV EKUIN dan WASBANG (1988-1993) dan terlibat dalam deregulasi perekonomian nasional. Sewaktu menjabat Menteri Perdagangan (1993-1995) ia melakukan deregulasi perdagangan, menyelesaikan Perundingan Uruguay dan menandatangani Perjanjian Marrakech 1994.
Billy Joedono, nama panggilannya, menjabat Menteri Perdagangan di tahun 1993 dan menjadi satu-satunya menteri yang dipecat, ups maaf, dilengserkan dari jabatan menterinya. Bukan karena sebagai terdakwa atau terpidanan kasus kriminal namun karena kinerjanya. Setidaknya setelah era Orde Lama sampai dengan sekarang. Kebijakannya yang nggak jelas membuat para wartawan ekonomi menjulukinya Billy "You Don't Know". Sepeninggal Pak Menteri, 1995, Kementerian Perdagangan dilebur menjadi satu dengan Kementerian Perindustrian dan dipimpin oleh Tungki Ariwibowo. Pak Billy pun mendapat jabatan pengasingan sebagai Dutabesar RI untuk Perancis dan Andorra. (Ingat, jaman Soeharto ada istilah didubeskan.)
(Kita tidak membicarakan menteri pada jaman pemerintahan Soekarno karena di jaman itu menteri, bahkan perdana menteri, nggak cuma dipecat tapi juga dipenjarakan. Alasannya jelas bukan kinerja, tapi karena politik.)
Hari Minggu kemarin, 26 Oktober 2014, Jokowi sudah menunjuk para menterinya. Person-person yang akan membantunya mewujudkan visi misi yang "terlanjur" Beliau janjikan dalam kampanye pilpres. Kerja, kerja dan kerja itulah moto Kabinet Kerja ini. Pro-kontra kembali muncul mengenai nama-nama yang ditunjuk sebagai menteri-menteri. Dari Puan Maharani sampai Susy Pujiastuti. Tak ketinggalan Kompasianer pun ikut mendiskusikan, setelah beberapa bulan masygul karena keingintahuan seperti apa kabinet yang akan dibentuk Jokowi. Ada yang bahkan frustasi dan merajuk bilang bahwa semua berhak tahu dong seperti apa rencana kabinet Jokowi. Di surat kabar pun muncul pendapat, pembocor susunan kabinet bisa dipidanakan. Kebingunan pun terjawab sudah.
Itulah jajaran para putra terbaik bangsa hasil seleksi Jokowi. Pada mereka Jokowi menaruh harapan, sekali lagi "baru" harapan, untuk memajukan bangsa sesuai dengan visi misinya. Yah memang baru sekedar harapan. Ke depan, kenyataan yang akan membuktikan. Kita hanya bisa menunggu dan mendoakan semoga mereka benar-benar bekerja keras demi kemaslahatan bangsa dan memihak ke rakyat banyak bukan segelintir orang berpunya modal dan kuasa saja. Pertanyaan kemudian adalah, akankah Jokowi berani memecat menteri dengan kinerja buruk? Biasa-biasa saja? Korupsi Kolusi dan Nepotisme? Tukang ngeles? Ya, menteri Jokowi harus luar biasa!
Menunjuk menteri adalah hal yang mudah. Memecat menteri, lain lagi permasalahannya. Semoga Jokowi tahu apa yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Salam tiga jari!
Referensi:
1. http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/2294-bunyi-alarm-tiada-henti
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Satrio_Budihardjo_Joedono
3. http://www.ui.ac.id/download/guru_besar/Prof_Dr_Satrio_Budihardjo_Joedono.pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H