Mohon tunggu...
Puspita Wulandari
Puspita Wulandari Mohon Tunggu... -

Saya seorang guru di sebuah sekolah pinggiran tepatnya di SMK Negeri I Kertosono kab Nganjuk prop Jawa Timur. Saya mengajar bidang study Fisika dan IPA. Saat ini sedang belajar menulis dan mengembangkan diri dengan tujuan mampu mengembangkan potensi siswa secara maksimal. Saya mencanangkan SASISAE (Satu Siswa Satu Email) dan SASISAB (Satu Siswa Satu Blog)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pilih Punya Anak Tapi Gila Atau Tidak Punya Anak Tetap Waras?

17 Maret 2010   08:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:22 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya selalu teringat cerita ibu saya. Beberapa puluh tahun ibu saya bertetangga dengan seorang dukun bayi yang sangat terkenal. Banyak sekali orang-orang yang lama sudah berkeluarga belum dikaruniai anak datang ke rumah dukun tersebut untuk di doakan supaya punya anak. Ada pertanyaan yang selalu beliau tanyakan pada pasiennya, “Pilih punya anak tapi gila atau tidak punya anak tetap waras?”

Pada awalnya ibu selalu bertanya-tanya mengapa beliau selalu menanyakan hal itu. Namun lambat laun ibu saya paham maksud beliau. Apalagi banyak pasangan yang tetap memilih memiliki anak walaupun harus gila. Mereka bukan hanya datang dari tetangga sekitar namun banyak punya yang datang dari luar kota bahkan luar Jawa.

Bagaimana tidak disebut gila jika setelah anaknya lahir ditanya”Ganteng-ganteng dewe putrane sapa ya? (Ganteng-ganteng sendiri anak siapa ya?) “. Dialog inilah yang dikatakan mbah dukun punya anak tapi gila. Anak-anak sendiri, ditanya "Anak siapa?”

Andai tidak punya anak masih tetap waras.  Karena tidak ada yang ditanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun