Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden Wajar

6 Maret 2015   01:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:06 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Presiden Uruguay Jose Mujica dijuluki macam-macam, 'orang radikal', 'presiden paling miskin', dsb. Tetapi Jose bilang kalau dia sebenarnya orang normal saja, dan ingin hidup normal. Tetapi anehnya malah yang normal dianggap tak normal. Saya diberi gaji lebih dari apa yang saya butuhkan, katanya. Karena itu 90% dari gajinya tiap bulan didonasikan, diberikan kepada yang membutuhkan. Rumahnya diluar kota, satu tingkat biasa, mobilnya VW Kodok dari th 1987. Ketika perpisahan terakhir Oktober lalu, keluar dari istana kepresidenan umur 79 tahun, dia pulang dengan VW Kodoknya.

Masih terus bekerja di rumah, bersihkan pekarangan dsb. Saya tidak ingin kayak orang pensiunan, duduk lama disatu sudut kamar bikin memoir, 'no way' dia bilang.

Tahun 60-an dia salah satu pemimpin gerakan revolusioner sosilis/marxis disebut Tupamaros. (Nama berasal dari pemimpin pemberontak terakhir Indian Maya Tupac Amaru melawan kolonial Spanyol). Mujica berulang keluar masuk penjara ketika Uruguay dibawah rezim diktator militer.

"The world will always need revolution. That doesn't mean shooting and violence. A revolution is when you change your thinking. Confucianism and Christianity were both revolutionary." kata Mujica. Kita jadi teringat revolusi mental Jokowi. Revolusi 'shooting and violence' memang sudah harus dimuseumkan. Yang masih ada seperti ISIS, Boko Haram, atau revolusi tipe Putin, hanya sisa-sisa era lalu. Karena sekarang, masalah apa saja yang menyangkut soal-soal kemanusiaan sudah bisa diselesaikan dengan dialog, diskusi atau debat ilmiah. Kalau masih belum percaya soal ini, berarti masih harus di 'revolusi mental'.

Obama orang baik, kata Jose Mujica. Tetapi Obama selalu terikat kaki dan tangannya, karena dia harus selalu menyesuaikan diri diantara berbagai kepentingan, katanya. Kepentingan yang berdominasi katanya ialah kepentingan pasar. Manusia sekarang dikontrol pasar, yang mestinya manusia yang mengontrol pasar. Dunia bukan ekologis tapi politis. Tetapi politikus yang diangkat untuk menyelesaikan soal, tak mampu menyelesaikan.

Salah satu kontraversi Jose Mujica ialah membebaskan narkotika cannabis. Kata dia lebih gampang mengontrolnya. Pembebasan ini sangat menggembirakan drug-traffickers, karena merekalah yang lebih bebas gampang bikin kontrol, karena punya kekuasaan lebih besar karena lebih banyak duitnya, dan bebas pula.

Kontraversi Jose Mujica ya itu, karena dalam kenyataan hanya ilusi kalau ingin mengontrol orang atau organisasi yang lebih berkuasa karena lebih banyak duitnya. Pejabat negara jadi lemas tak berjiwa dihadapan duit banyak.  'Bali Nine' di Indonesia adalah lambang kekuasaan narkoba. Krisis Narkoba negeri ini adalah pernyataan perang rakyat era modern melawan kekuasaan ini. Melumpuhkan 'Bali Nine' berarti lebih mendekatkan kemenangan perang rakyat ini. Sikap dan politik sebaliknya hanya akan menuju kekalahan perang rakyat.

M U Ginting

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun