Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Gubernur ABA

30 April 2019   19:52 Diperbarui: 30 April 2019   20:05 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gubernur Jakata, Anies, sebenarnya bukan pilihan rakyat Jakarta, tetapi pilihan mayoritas publik ketika itu ialah ABA artinya Asal Bukan Ahok. Sekarang mungkin pemilih Anies itu sudah kapok sendiri dilanda banjir dan sampah 'kiriman'. Buktinya capres 02 dalam pilpres 17 April jadi kalah di Jakarta. Kemana mayoritas pemilih ABA itu?

Anies dalam pilgub seperti dapat durian runtuh gratis. Siapa saja mencalonkan diri, akan menang ketika itu karena prinsip ABA itu. Dalam ABA ini termasuk fitnah/sara, pembohongan dan hoax yang sangat massif dan mantap bagi sebagian publik Jakarta, tetapi mematikan bagi Ahok. Dalam ABA juga termasuk penyesuaian dengan 'surat Almaidah 51'. Itulah syarat-syarat penting dan utama kemenangan Anies.

Yang lainya juga sangat penting ialah menutup transparansi dan keterbukaan luar biasa pemerintahan Ahok yang telah sempat bikin ketar-ketir gerombolan koruptor yang Ahok sebut 'bajingan'. Dan sekarang 'bajingan' ini tentu lebih aman dibelakang Anies, karena transparansi dan keterbukaan Ahok sudah ditutup. Transparansi dan Keterbukaan adalah musuh utama semua 'bajingan', di Indonesia maupun di dibagian lain dunia.

Transparansi online offline pemerintahan kota yang diciptakan dan dijalankan oleh Ahok adalah yang pertama di Indonesia, bisa jadi juga pertama di dunia. Semua data  pemerintahannya bukan hanya bisa dilihat online dan offline, tetapi publik juga bisa hadir ditiap sidang kota, dan bisa mencatat dan melihat sendiri apa yang diucapkan oleh pengikut sidang. Pembaruan yang luar biasa ini ketika itu sangat bikin kecut  dan sangat tidak disukai oleh hampir semua kecuali yang betul-betul ingin mengabdi kepada rakyat (Jakarta).  

Dengan hilangnya keterbukaan dan kembalinya masa ketertutupan dibawah Anies, jangan diharapkan orang-orangnya akan memikirkan banjir secara serius, apalagi kerja keras untuk mencegah banjir. Tanpa transparansi dan keterbukaan seperti yang dijalankan Ahok, berarti tidak ada pengawasan langsung dari rakyat Jakarta. 

Akibatnya orang-orang Anies cenderung lebih mantap untuk mikirkan yang lain (kepentingan masing-masing ?) dari pada mikirkan banjir, sampah busuk dan bau menyengat seperti sungai item yang ditutup jaring plastik ketika Asian Games tahun lalu. Kinerja orang-orang Anies kini sangat bertentangan dengan kinerja orang-orang era transparansi Ahok, bertentangan dengan arus transparansi dunia.

Kalau Anies memang serius mau menangani kota Jakarta, kembalikan lagi transparansi dan keterbukaan era pemerintahan Ahok. Keterbukaan adalah kunci segala macam kesuksesan, di semua tingkat pemerintahan. Kita bisa saksikan juga transparansi sistem pilpres 2019. Tidak gampang cari-cari kesalahannya, karena terbuka. Dan kalau ada kesalahan juga tidak ada yang berkepentingan menutupinya! Silahkan buka dan buktikan. Bahkan ditantang dengan hadiah Rp 100 M. Siapa mulai?

Zaman Ketertutupan sudah berlalu. Transparansi adalah kunci semua kesuksesan, dan adalah musuh semua kebusukan dan kegelapan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun