Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nasionalisme dan Etnonasionalisme

10 April 2018   16:47 Diperbarui: 10 April 2018   17:01 1327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.youtube.com/watch?v=5d1FONMalnE

"Whether politically correct or not, ethnonationalism will continue to shape the world in the twenty-first century." (Jerry Z. Muller is Professor of History at the Catholic University of America).

Dari segi etno nation yang lebih kecil atau suku, Erik Lane bilang dalam bukunya tentang globalisasi:

"the focus is almost exclusively at ethnics and not nations . . . Thus, people are so intimately connected with a culture that they are, so to speak, constituted by the culture in question or embedded in such a particular culture.

Disinilah benarnya dan TEPATNYA strategi saling mengakui, menghargai, menghormati, dan dimana kaki berpijak disitu langit dijunjung.

Dalam 'keramaian' etnonasional ini tahun lalu di Sumut terdengar banyak soal  gerakan 'Mandailing Bukan Batak'. Mirip dengan ini juga sudah sering terdengar di Sumut seperti Karo Bukan, Simalungun Bukan Batak, Pakpak Bukan Batak. 

"Bagi saya wacana itu merupakan gerakan yang positif. Terutama dalam rangka penguatan paham multikulturalisme yang menekankan, pengakuan, penghormatan dan kesederajatan tiap kelompok etnis. Tidak ada motif politik di balik itu," kata antropolog dari Universitas Sumatera Utara (USU), Zulkifli B Lubis kepada medanbisnisdaily.com, Jumat (10/11/2017), lihat disini.

Selanjutnya beliau tambahkan; "Masyarakat Mandailing sendiri punya sejarah asal usul dan tarombo marganya masing-masing. Misalnya marga Lubis, leluhurnya adalah Namora Pande Bosi, bukan Si Raja Batak. Jadi mengapa harus dipaksa sama," katanya.

Betul Pak Zulkifli Lubis, tidak perlu "harus dipaksa sama", dan dalam masyarakat bhinneka tunggal ika, dasarnya pastilah juga perbedaannya yang sangat bermanfaat untuk dipelajari dan didalami diantara sesama suku bangsa negeri ini dan di Sumut khususnnya. Selama ini sudah terlihat juga bagaimana masyarakat Sumut dengan toleransi tinggi bisa menjaga daerahnya tetap kondusif dan damai. 'Gerakan Bukan Batak' seperti 'Mandailing Bkukan Batak' telah banyak memunculkan pemikiran dan pencerahan yang positif. Mari kita kembangkan terus segi positifnya.

Kekuatan luar biasa dalam berbagai kultur yang berbeda itu, yang juga kita sering katakan dalam istilah 'kearifan lokal', itulah kekuatan sejati NKRI dalam Bhinneka Tunggal Ika.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun