Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teror di Depan Gedung Parlemen Inggris

23 Maret 2017   14:49 Diperbarui: 23 Maret 2017   23:00 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kalau penyerangan didepan gedung parlemen hari ini 22 Mart adalah suruhan (rekayasa) dari Greed and Power neolib internasional tentu maksudnya ialah menakut-nakuti rakyat Inggris dan terutama tentu Theresa May (PM) yang kebetulan sedang bicara di House of Commons (parlament Ingris) ketika serangan terjadi. Ada kaitannya dengan penarikan Inggris dari UE karena UE adalah proyek besar neolib di Eropah. Tentu juga sangat 'bagus' bagi neolib Greed and Power ini kalau Inggris bisa bikin negerinya dalam keadaan darurat ' state of emergency' seperti sikap Hollande di Perancis. Tujuan utamanya tentu 'menembak' Brexit dan membatalkan Brexit serta peringatan bagi Parlemen Inggris dan negeri-negeri lain yang mau ikut Brexit. Tetapi Theresa May bukan Hollande yang gampang ditakut-takuti he he . . Theres May wanita baja.

Dari segi lain, tentu tidak begitu gampang orang atau rakyat ditakut-takuti dan membatalkan semangat keluar dari UE, karena semangat nasionalis di Eropah dan dunia adalah perkembangan sejarah kemanusiaan dunia abad 21.

Beberapa jam setelah kejadian ini presiden AS Trump langsung menyatakan simpati dan dukungannya kepada Theresa May. Seperti sudah sering dikatakan oleh Trump bahwa dia mendukung Inggris keluar dari UE dan akan menjaga dan menguatkan hubungan bilateral dengan Inggris dalam bidang ekonomi dan hubungan bilateral lainnya tanpa UE. Trump sangat mendukung Inggris, “People, countries, want their own identity and the UK wanted its own identity."kata Trump.

"Own identity", itulah aliran besar bangsa dan suku bangsa dunia, termasuk tiap suku (ethnonational) tidak tergantung ukurannya besar atau kecill, minoritas atau mayoritas. Itulah perubahan pikiran dan kesedaran manusia dunia. Arus yang tidak bisa dibendung, tetapi masih banyak yang berusaha membendung. Itulah pula dialektika perubahan dan perkembangan thesis-antitesis-syntesis (Hegel).

"The old order is passing away. Treaties and alliances dating from the Cold War are ceasing to be relevant and cannot long be sustained. Economic patriotism and ethnonationalism, personified by Trump, seem everywhere ascendant." kata penulis dan kolomnis terkenal Patrick Buchanan dalam artikelnya 'New President New World'. Lihat disini:http://www.zerohedge.com/news/2017-01-20/new-president-new-world

Kalau dalam serangan kali ini hanya orang psikis biasa (mabuk narkoba atau miras, atau memang orang gila/psikis dari insititut tertentu) juga sering terjadi dimana saja menggilas orang banyak dipemberhentian bus kota. Tetapi Greed and Power ini juga sering menggunakan penyandu narkoba atau bandit-bandit biasa dalam aksi seperti ini. Biasanya orang ini akan terbunuh langsung ditempat, menghilangkan bukti. Atau ada pengakuan dari organisasi tertentu yang sudah disiapkan sebelumnya, dan kalau dikombinasikan dengan data-data yang nanti akan dikeluarkan oleh yang berwajib, persoalan semakin jelas juga.

PM Inggris Theresa May setelah itu langsung menegaskan bahwa sikapnya tetap dan tegas dan London akan kembali seperti biasa lagi katanya. Sikap dan sifat bajanya semakin jelas terutama dalam soal Brexit, yang menyangkut soal British Identity dan kebebasan Inggris tidak mau dikendalikan oleh Brussel. Karena itu semakin jelas juga bagi publik dunia, kalau kepentingan neolib internasional Greed and Power di Eropah adalah menjaga keutuhan UE sebagai basis profit (kapital neolib) di benua Eropah.

Berlainan dengan di negeri berkembang yang kaya SDA, teror digunakan untuk tujuan SDA itu. Kita masih ingat teror Thamrin ketika Indonesia mau bicarakan Freeport yang sudah setengah abad jadi sumber Triliunan dolar bagi neolib internaional ini, dan dalam tingkat tertentu berhasil juga mengadu domba dan mengacau diantara berbagai pejabat Indonesia. Bagusnya ialah bahwa presiden Jokowi bisa mengatasi dan malah berakhir dengan 'kekalahan' Freeport, artinya kemenangan rakyat Indonesia dalam melindungi SDAnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun