Mohon tunggu...
Pemas Sepriawan
Pemas Sepriawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Airlangga

Avonturir langit yang gagal move on

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Selingkuh Kian Menjamur di Masyarakat, Fomo?

21 Januari 2024   20:10 Diperbarui: 21 Januari 2024   20:12 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Barangkali akan sangat menjengkelkan ketika mendengar kata "selingkuh", perbuatan mengada-ada jika hanya didasari atas rasa bosan, pun perasaan ingin memiliki yang lebih. Bertolak dari kompleksitas problematika dalam rumah tangga, selingkuh sejatinya dapat dijadikan sebagai pelarian untuk melampiaskan segala kegusaran hati. Fenomena selingkuh terjadi tak semata-mata disebabkan persoalan-persoalan dalam keluarga. Ada kasus selingkuh yang dijadikan sebagai ajang pemuas nafsu semu oleh mereka si pegila birahi.

Kebanyakan perselingkuhan menyudutkan kaum perempuan, dan menjadikan laki-laki terkesan tak bersalah. Perempuan akan dicap "pelakor", "kupu-kupu malam", "pelacur", bahkan "ani-ani". Sebutan-sebutan frontal tersebut tak dapat disalahkan serta-merta, sebab segalanya berangkat dari situasi sosial yang terjadi. Pun begitu, tak bisa dikesampingkan bahwa keterlibatan laki-laki justru lebih mendominasi dalam perselingkuhan.

Akhir-akhir ini media sosial tengah ramai memperbincangkan mengenai kasus perselingkuhan antar sesama rekan kerja. Disebutkan perselingkuhan terjadi di dunia dirgantara antara pilot dan pramugari. Kasusnya mencuat setelah istri sah sang pilot menyebarkan bukti chat suami dengan selingkuhannya.

Belum tuntas terkejut, warganet kembali dihebohkan dengan terkuaknya perselingkuhan dokter koas. Terungkapnya dua kasus secara beruntun memantik warganet naik pitam. Banyak umpatan-umpatan, juga komentar negatif yang dilontarkan buah hasil hubungan terlarang. Keadaan ini membuat banyak orang menganggap selingkuh sebagai ajang fomo, karena terkesan ikut-ikutan atau takut ketinggalan zaman.

Selingkuh seolah menjadi fenomena dinamis yang akan terus terjadi. Menurut data, kasus perselingkuhan di Indonesia mencapai 40% dengan rentang usia beragam. Tingginya angka persentase tersebut dipengaruhi rendahnya tingkat komitmen antar pasangan.

Barangkali perselingkuhan lahir sebagai respon atas ketidakstabilan ekonomi, namun bagi mereka, pekerja mapan, juga berkecukupan dapat terjerat kasus perselingkuhan. Berawal dari partner bekerja, berteman dekat, hingga menjalin hubungan terlarang. Dalam dinamikanya, perselingkuhan menebar banyak kebohongan kepada korbannya. Kesuksesan secara materi tak menjamin seseorang enggan melakukan perselingkuhan dari pasangan.

Menilik lewat kacamata yang sudah-sudah, perempuan nyaris selalu menjadi korban pengkhianatan oleh pasangannya. Ketidakpuasan atas kediriannya sendiri menjadi persoalan utama dalam kasus perselingkuhan. Ekonomi melarat, pasangannya kurang menarik, atau hanya sekedar bosan dijadikan dalih yang melatarbelakangi sebuah hubungan terlarang. Meski menyakitkan untuk diutarakan, pada beberapa kasus ada yang memilih kembali membina bahtera rumah tangga. Pun, hati sang korban berdarah-darah rasanya. Cerai dinobatkan opsi paling tegas sebagai respon atas patah hati sedalam-dalamnya terhadap pengkhianatan ikrar-ikrar pernikahan. Acapkali perselingkuhan terkuak, akan berujung pada kandasnya tembok kokoh rumah tangga.

Secara tak sadar, selingkuh menjadi tren yang digandrungi masyarakat. Tujuan berselingkuh semata-mata hanya ingin merengkuh kesenangan belaka. Tak jarang, selingkuh juga dijadikan sebagai ajang pertunjukan eksistensi kejantanan seorang pria dalam menaklukkan hati perempuan. Semakin banyak kasus terkuak, kian membludak pula pelaku-pelaku selingkuh dalam merealisasikan nafsunya. 

Fenomena selingkuh tak sepenuh-penuhnya salah perempuan, pun tak bisa ditampikan perempuan tetap terlibat atas kemauannya menjalin kasih dengan pasangan orang lain. Kaum laki-laki atau biasa yang disebut "buaya darat", umumnya mencari kenyamanan pada perempuan lain, karena dinilai lebih bisa menyayangi dan mengasihi. Sejatinya saat memutuskan berumah tangga, semuanya bukan lagi hanya sekedar cinta, melainkan materi untuk bertahan hidup, juga tuntunan peran sebagai suami-istri.

Rasanya selingkuh masih akan terus menjadi fomo dengan alasan sepele, Kasus selingkuh pasti terus menjamur seiring perkembangan zaman yang dinamis, ditambah tekanan batin dalam diri tiap pasangan atas situasi sosial yang tengah berlangsung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun