Desa Cigugur Girang di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, memiliki potensi alam yang beragam, baik hasil pertanian, perkebunan, buah, dan sayur. Muhammad Ilham selaku bagiana dari Tim KKN mahasiswa/i dari Universitas Pendidikan Indonesia juga melihat daerah tersebut mempunyai potensi wisata.
"Oleh karena itu, desa ini memiliki potensi yang besar untuk dijadikan sebagai destinasi wisata tematik agrowisata," ujar laki-laki yang biasa disapa Danis ini.
Di Desa Cigugur Girang sendiri terdapat gabungan kelompok tani (gapoktan) yang telah menghendaki adanya pembentukan agrowisata sejak beberapa tahun silam. Hal ini diketahui dari kunjungan Danis bersama tim pengabdian yang melakukan wawancara langsung dengan kepala desa dan sebagian anggota gapoktan.
Inovasi masyarakat mengenai media tanaman hidup tiada habisnya. Apalagi dengan memanfaatkan lahan terbatas untuk ditanami tanaman hidroponik diantaranya tanaman selada keriting. Warga desa memanfaatkan lahan yang tersedia dijadikan media untuk membangun hidroponik selada keriting.
Dalam bahasa ilmiah tanaman selada mempunyai nama "Lettuce" yang merupakan salah satu jenis tanaman dapat tumbuh pada daerah yang memiliki iklim sedang atau tropis. Asal dari tanaman selada ini yaitu dari daerah bagian timur dari laut tengah. Biasanya selada sering digunakan sebagai bahan sayuran atau bahan dalam salad. Sering juga ditemui dalam berbagai macam jenis makanan seperti hamburger, hotdog dan lain sebagainya.
Menurut warga Desa Cigugur Girang, sistem hidroponik NFT adalah sistem hidroponik yang merupakan salah satu dari sekian banyak sistem hidroponik.
Sistem hidroponik NFT dianggap sistem yang paling cocok untuk skala rumahan karena beberapa keunggulan dibandingkan sistem lain.
Sistem hidroponik NFT merupakan salah satu teknik hidroponik dimana akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan oksigen.
Adapun keuntungan menggunakan sistem hidroponik NFT antara lain: