Pada tanggal 20 Mei 2013 ini, kita sudah memasuki hari ke-10 di bulan Rajab, yang dimana dalam suatu hadits dikatakan sebagai bulannya Allah SWT. Rasulullah SAW pun telah mengajarkan kita melalui doa beliau yang terkenal,"Allahumma bariklana fi Rajab wa Sya'ban wa ballighna Ramadhan", yang artinya,"Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan".
Disini ada suatu fenomena unik, yang seringkali disalah artikan oleh berbagai pihak dan kalangan tertentu, yaitu sistem penanggalan, a.k.a Kalender Masehi (Matahari/Syamsiah/Solar) dan Kalender Bulan (Hijriyah/Qomariah/Lunar). Kami (penulis) menyebut seringkali disalah artikan, karena seperti yang sudah kita ketahui, dalam beberapa tahun terakhir ini, sistem kalender seringkali masuk dalam area polemik internal Ummat Islam sendiri, terkhusus Indonesia.
Satu atau dua hari menjelang bulan suci Ramadhan, kita disuguhkan dengan "perang" oleh para pemuka berbagai organisasi Islam di Indonesia dan juga pemerintah (kementerian Agama RI). Ada yang berdebat tentang hilal dan ru'yat lah, ada yang berdebat tentang kesalahan pemerintah lah, ada yang berdebat tentang egoisme dan egosentris suatu kelompok lah, ada yang berdebat tentang adanya kepentingan politik lah, bahkan sampai ada yang bilang "ada suatu konspirasi".
Yang menarik, yang ingin sedikit kami kupas dalam tulisan kami ini adalah, ketika ada sebagian Ummat Islam yang menyatakan "Kami tidak membutuhkan kalender Masehi", "Kami tidak mengakui kalender Masehi", "Kalender Masehi adalah suatu pembodohan terhadap Ummat Islam", "Kalender Masehi merupakan kepentingan agama tertentu", "Seharusnya Indonesia yang mayoritas Muslim dan negara-negara Islam lainnya menggunakan kalender Bulan", dan komentar-komentar senada lainnya.
Mari kita cek sebuah firman Allah SWT dalam surat Al-Kahfi ayat 25, yang artinya,"Dan mereka (pemuda gua/kahfi) tinggal di dalam gua selama tiga ratus tahun (300) dan ditambah sembilan tahun (9)". Orang yang kurang suka membaca dan kurang suka menulis mungkin cuek akan firman Allah ini, atau hanya membacanya sepintas lalu, tapi kami rasa tidak dengan orang yang suka membaca, suka menulis dan bahkan suka menanggapi (dalam hal ini Kompasianer). "Wah, Allah SWT telah mubazir kalimat nih. Kenapa tidak langsung tiga ratus sembilan tahun (309) saja?", mungkin begitu kalimatnya.
Ternyata, ada pesan tersirat (hidden message) yang ingin Allah SWT sampaikan kita semua, untuk seluruh manusia. pesannya adalah, bahwa ada dua sistem kalender yang diakui, dibutuhkan, dan dipergunakan oleh manusia (kalender Masehi dan kalender Bulan). Kenapa bisa begitu? Mari kita coba hitung-hitung kasarnya, sederhananya.
Pertama, ada 300 tahun dan 309 tahun. Manakah yang Masehi dan manakah yang Bulan? Yang mewakili 300 tahun adalah kalender Masehi, karena kalender Masehi yang duluan ditetapkan daripada kalender Bulan.
Kedua, kenapa selisihnya 9 tahun. Seperti yang kita ketahui, jumlah hari dalam Masehi ada 365 hari (366 hari di tahun Kabisat). Bagaimana ingin mengetahui jumlah hari dalam Bulan? Rumus sederhananya,"365 (hari) x 300 (Masehi) / 309 (Bulan)". Hasilnya adalah 354 hari (pembulatan dari 354,368). 365 dikurangi 354, maka hasilnya adalah 11 hari (selisih jumlah hari Masehi dengan Bulan). Karena selisihnya 11 hari, maka tiap 32,3 tahun Masehi, selisih Masehi dengan Bulan sebesar 355 hari (1 tahun Bulan), dan tepat 300 tahun Masehi maka selisihnya 9 tahun Bulan.
Yup, kini pesan tersirat surat Al-Kahfi ayat 25 sudah tersingkap. Ada kalender Masehi dan kalender Bulan, dengan selisihnya 11 hari selama 1 tahun. Dalam sebuah riwayat pada jaman Khalifah Umar bin Khattab RA, sistem administrasi (surat menyurat dan sebagainya) negara Islam memakai kalender Masehi, dan memakai kalender Bulan untuk peribadatan.
Apa hubungan judul postingan dengan Masehi-Bulan? Ini menunjukkan bahwa waktu itu relatif, tergantung dari perspektif kita terhadap waktu, cara kita menanggapi waktu. Tidak lama lagi, 50 hari lagi, kita akan berjumpa dengan bulan suci Ramadhan. Jika kita menanggapi waktu dengan menyatakan Ramadhan masih lama dan sekarang belum perlu mempersiapkan diri menyambutnya, maka terus terang kami kuatir kita akan kelabakan ketika Ramadhan tiba. Tapi jika sungguh-sungguh, mudah-mudahan Allah SWT berkenan menjadikan Ramadhan tahun 1434 Hijriyah ini sebagai salah satu Ramadhan terbaik dalam hidup kita.
Ayo Ummat Islam, jangan mudah terpecah karena hal-hal yang tidak perlu diperdebatkan. Persiapkan diri sebaik mungkin dalam menyambut bulan Ramadhan. Ya Allah, Sampaikanlah Kami di Bulan Ramadhan.