Gempa berkekuatan 5,6 SR dengan kedalaman 10 KM mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat Pada Senin, 21 November 2022 lalu. Gempa dirasakan sampai kawasan Bogor, Jakarta, Bekasi, Tangerang, Sukabumi, Bandung, dan Garut. Akibatnya di 169 desa terkena dampak sangat signifikan yang tersebar di 16 kecamatan Kabupaten Cianjur, tak kurang dari 17.864 warga mengalami kerusakan infrastruktur, 328 orang dinyatakan meninggal dunia, 2.046 orang luka-luka dan ratusan ribu jiwa penduduk harus mengungsi akibat terdampak gempa bumi.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa gempa Cianjur disebabkan oleh aktivitas pada Sesar Cimandiri. Sesar gempa merupakan patahan yang dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi dikarenakan pergesekan patahan lempeng bumi itu sendiri. Dengan banyaknya potensi gempa bumi yang terjadi di Provinsi Jawa Barat sudah sepatutnya pemerintah gencar melakukan edukasi mitigasi bencana, terutama pada lingkungan sekolah dalam bentuk pengetahuan bencana dan kurikulum kebencanaan sebagai upaya pengurangan jumlah korban bencana melalui pendidikan.
Dalam rangka hibah Program Insentif Pengabdian Masyarakat terintegrasi dengan MBKM. Tim Dosen dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka menggelar Program Edukasi Mitigasi Bencana di sekolah Cianjur, Jawa Barat. Program edukasi diselenggarakan dengan mengangkat Model Pojok Edukasi Bencana (disaster corner) merupakan solusi yang diinovasikan pada satuan pendidikan untuk mengenalkan siswa dan warga sekolah terhadap hal-hal yang dapat terjadi ketika bencana.
Kegiatan dilaksanakan selama empat hari pada tanggal 14–17 Desember 2022 di lingkungan daerah Muhammadiyah Cianjur dan para siswa yang menjadi penyitas gempa Cianjur. Adapun yang mendasari terciptanya Program Edukasi berjalan dengan sukses di salah satu sekolah terdampak gempa bumi yaitu MI Muhammadiyah Ahmad Dahlan.
Yessy Yanita Sari selaku ketua tim hibah PKM terintegrasi MBKM merupakan ketua program studi Pendas Sekolah Pascasarjana (SPS) UHAMKA menyampaikan bahwa bagi korban yang terdampak gempa perlunya diberi sekolah darurat agar tetap dapat belajar.
“Kita membutuhkan sekolah darurat agar para penyintas tetap dapat memberlangsungkan pembelajaran dan yang tak kalah pentingnya adalah sekolah tanggap bencana mampu mengedukasi kebencanaan sebagai tindakan upaya pengurangan dampak bencana, hal ini akan menjadi lebih antisipatif,” ujar Yessy
Untuk itu diharapkannya edukasi mengenai Mitigasi Bencana, agar mampu meningkatkan pengetahuan serta kesadaran masyarakat dalam menghadapi dan mengurangi risiko bencana, supaya masyarakat senantiasa dapat hidup dengan aman dan nyaman.
Azizah Fajar Islam selaku dosen Psikologi UHAMKA bersama dengan beberapa rekan mahasiswanya ikut tergabung dalam tim hibah PKM-MBKM UHAMKA yang menginstalasi dan mengimplementasikan Model Disaster Corner di MI Muhammadiyah Ahmad Dahlan yang tidak hanya diikuti siswa dan guru MI. Namun, juga dihadiri oleh perwakilan guru-guru dari sekolah sekitar, dalam kegiatan ini membuat berbagai media ajar yang diinovasikan untuk memberi edukasi terbaik terkait mitigasi bencana.
Model Pojok Edukasi Bencana (disaster corner) ini diintegrasikan dengan nilai-nilai keislaman berupa fikih kebencanaan yang merupakan gabungan hasil riset terdahulu dengan mengembangkan media ajar interaktif berupa permainan terkait pengetahuan mitigasi dan literasi yang sesuai dengan perkembangan anak siswa sekolah dasar.
Agung Adiputra selaku dosen Pendidikan Geografi FKIP UHAMKA juga ikut bertugas dalam kerelawanan pada lokasi terdampak gempa Cianjur dengan mengungkapkan perlu dilakukannya edukasi bencana bagi para pendidik sebagai satuan penting dalam memberikan kemampuan penyelamatan diri bagi siswa saat terjadinya bencana.