Minggu lalu, aku menemani seorang sahabat melakukan penelitian di Curug Cibeureum. Curug Cibeureum ini terletak di wilayah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Agar tiba di curug ini, kita harus hiking sejauh 2,8 km atau sekitar satu jam. Oh iya, penelitian yang dilakukan adalah mengenai katak. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh luas jelajah katak perharinya. Oleh karena itu, Hal-hal penting yang dilakukan selama aku menemani penelitian adalah menangkap katak spesies tertentu, menimbang katak, memasang chip transmitter, melepaskan katak, dan memonitoring. Yups. Kedengarannya all about katak. Tapi, tidak begitu juga. Karena, kami yang menemani penelitian melakukan hal-hal lain selayaknya pendaki yang sedang camping. Memasak, mandi, ngobrol, dsb. Hal menarik banyak kutemukan disini. Bahkan hal-hal yang tak terduga. Di hari pertama keberangkatan, kami tiba di pertigaan "Panyangcangan" sekitar jam 1 pagi. Panyangcangan adalah pos 1 pendakian ke puncak Gede/ Pangrango. Di pos ini terdapat sebuah bangunan yang biasa dijadikan tempat istirahat/ berteduh bagi para pendaki. Di pos ini juga bisa mendirikan tenda karena luas dan beratap. Dari Panyangcangan, dibutuhkan 0,3 km untuk sampai di Curug Cibeureum atau 15 menit jalan kaki. Begitu tiba di Panyangcangan kami langsung mendirikan tenda dan berkemas-kemas. [caption id="attachment_136607" align="alignleft" width="300" caption="Pos 1, Panyangcangan"][/caption] Ternyata, malam itu juga kami harus mencari katak. Whhaww. Setelah memasangheadlamp dan membawa kantong plastik untuk tempat penyimpanan katak kami berangkat ke curug. Walaupun aku sudah beberapa kali ke curug ini, tapi untuk datang di dini hari memang baru kali itu. Jadinya di sepanjang perjalanan 0,3 km aku selalu mencari topik pembicaraan. Agak serem juga soalnya. Sensasi dingin mulai terasa, jembatan kayu yang sudah lapuk dan berlubang-lubang agak menolong sensasi seram seperti ini. Ya, kami harus konsentrasi agar tidak terperosok dan membuat keadaan menjadi panik. Jalan terus.. Kanan kiri hanya ada kegelapan.  Hanya ada kami ber-3 di seluruh areal curug itu. Dari kejauhan sudah terdengar gemericik air terjun, dan Whaaauww di sela-sela pepohonan sudah terlihat aliran air terjunnya, seperti selembar selendang perak di kegelapan. Lurus ke bawah. Anggun. Sesaat kemudian kami sudah tiba di areal curug. Kulihat jam tangan, pukul 2 dini hari. Unforgettable. Pemandangan yang tidak disangka-sangka sebelumnya. Areal curug terang tertimpa cahaya bulan yang penuh. Saat ku matikan headlamp, pemandangan yang terlihat lebih menawan. Aliran air terjun yang keperakan, gemericik air saat membentur bebatuan, sahut-sahutan hewan malam, danTHE Silence. Memesona. Kunikmati pemandangan itu, sambil tersenyum senang. Ya, tidak semua orang bisa merasakan ini. Akupun awalnya menyangka tidak. What an amazing night. Temanku asik mencari katak, sesekali aku mencuri-curi dengar dari tatapan mata yang terkesima. Kataknya tidak ditemukan bahkan untuk satupun, padahal biasanya banyak banget, sampai 30 ekor, jelas temanku. Temanku yang lain menimpali, pengaruh bulan terang mungkin. Dalam hati aku menjawab, apa hubungannya? hahaha.. Akhirnya kami pulang ke camp dengan tangan kosong. Tidak ada katak yang berhasil ditangkap. Kita akan mencari malam besok lagi kata temanku. Baiklaaah.. Setidaknya kami berhasil merekam pemandangan curug di memori masing-masing. hmmmm... Hari berikutnya, pagi-pagi sekitar pukul 7, panggilan alam menuntunku ke curug lagi. Dua temanku masih asik tidur. Ya, sudahlah aku berangkat sendiri saja. Oia, di areal curug terdapat dua kamar mandi yang sudah baik kondisinya. Sendiri kutapaki 0,3 km itu. Tidak ada perasaan cemas, aku melangkah santai. Begitu tiba di areal curug, lagi-lagi aku terperangah. Whaaaww.. puncak curug berkilau tertimpa sinar matahari, cerah sekali. Sangat indah, dan fortunately aku hanya sendiri. Tak kuhilangkan kesempatan, aku keluarkan kamera pocket yang sengaja tadi aku bawa. Jepret sana sini, Huaah PUAS!! Suasana Curug Cibeureum pagi hari [caption id="attachment_136614" align="alignright" width="300" caption="Curug 1"][/caption] Setelah membayar dua ribu rupiah ke kotak uang kamar mandi, aku mencari spot tempat duduk yang paling nyaman. Sayang sekali melewatkan pemandangan seindah ini hanya sebentar saja, pikir ku dalam hati. Saatnya "distanisasi". Semenit, dua menit... tidak terasa sudah setengah jam aku duduk manis disana. Oke, saatnya kembali ke camp. Barangkali, temanku sudah bangun dan menyiapkan sarapan, heheee Tidak banyak hal yang dilakukan hari itu. Paling memasak, membaca majalah, dan sekali-kali mengobrol dengan pendaki yang lewat/ beristirahat. Sekitar jam 4 sore, hujan turun. Hanya sebentar saja, sekitar setengah jam. Malam mulai beranjak. Kita berangkat jam 7 saja ya, kata temanku disela-sela game poker kami. Oke.. Aku melalui 0,3 km itu lagi. Kali ini bertiga dan pukul 7 malam. Areal curug tidak seterang malam kemarin tapi tetap indah. Temanku berhasil menemukan banyak katak. Ini pasti karena tadi sore turun hujan, jadinya katak keluar. Jelas temanku. Untuk setiap perbedaan setengah derajat saja dari suhu lingkungan yang biasa, katak bisa mengenalinya, tambah temanku. Jadi, teori terang bulan dan kemunculan katak malam kemarin sudah deal terpatahkan ya, hahaa. Hari berikutnya, seperti pagi kemarin, 0,3 km aku berangkat sendiri. Niatnya mau mandi di curug 3, curug yang paling jauh dan terpencil. Oia, aku lupa menjelaskan, bahwa terdapat 3 aliran utama Curug Cibeureum, curug 3 aku pilih biar mandinya aman dan nyaman. hehee.. Tiba-tiba di perjalanan aku bertemu dengan pengunjung lain. Sejak kapan mereka kesini? Setelah ngobrol, ternyata mereka naik ke curug dari jam setengah 6 pagi, whalaah pantesan.. Tidak terasa sudah 3 malam aku menginap di Panyangcangan. Total 0,3 km sudah 6 kali. Saatnya pulang. Temanku yang penelitian akan melanjutkan penelitiannya sampai seminggu ke depan. Temanku yang lain berniat melakukan distanisasinya ke Mandalawangi. Kami berpisah.. Aku pulang melewati 2,5 km sendiri. Jembatan kayu menuju Curug Cibeureum [caption id="attachment_136618" align="alignright" width="300" caption="Jalan bebatuan dengan aliran air dari curug di sebelahnya"][/caption] Seru, baru kali itu aku menginap di Panyangcangan selama itu, apalagi sampai ke curug sehari 2 kali. Hahaha. Memori curug yang memesona, jembatan lapuk, game pocker, bakso kuah panas sehabis hujan, dan distanisasi. Unforgettable.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H