Tahun 2020 bisa jadi merupakan Bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri yang paling berkesan. Kegiatannya lebih banyak dihabiskan di rumah. Artinya waktu untuk berkumpul dengan keluarga, tidak hanya bertambah secara kuantitas, tapi juga secara kualitas.
Harus diakui pandemi covid-19 secara tidak langsung memberikan dampak positif. Makin membuat sadar menjaga kesehatan. Ini sangat penting, untuk mendukung kelancaran ibadah puasa. Dengan banyak berdiam diri di rumah, bisa mengurangi godaan yang memicu hawa nafsu.
Menjelang Idul Fitri pun, jadi tidak terbawa arus berburu barang-barang di pasar swalayan. Tidak ikut berdesak-desakan dalam antrean panjang. Semua jadi terasa nikmat dengan tinggal di rumah saja. Tanpa perlu membeli baju baru.
Selama di rumah juga, jadi punya waktu lebih memperhatikan anak-anak. Jika selama ini jarang membantu tugas anak dan istri, sekarang jadi lebih tahu apa yang dibutuhkan mereka. Semuanya benar-benar memberikan berkah yang tak ternilai harganya.
Secara pribadi, banyak di rumah juga melatih konsentrasi. Ini terkait dengan aktivitas baru saya dengan menulis di Kompasiana. Saat menyiapkan bahan tulisan jadi lebih fokus. Menjalankan ibadah puasa tidak mengurangi produktivitas dalam berkarya.
Apalagi selama Bulan Ramadan dihadapkan pada tantangan mengisi konten yang dilombakan di event Samber THR. Mungkin kalau tidak ada di rumah saja, akan terasa berat jika harus menulis setiap hari tanpa jeda. Namun, itulah berkahnya, pandemi covid-19, justru mendorong saya jadi survive menuntaskan menulis konten selama 28 hari tanpa terputus.
Pencapaian terbaru
Mungkin ini menjadi pengalaman yang sangat berkesan. Selain mampu menuntaskan tantangan mengisi konten, hingga di hari Lebaran, juga ada pencapaian terbaru, dengan empat tulisan selama Bulan Ramadan dijadikan artikel utama di Kompasiana.
Empat tulisan yang dijadikan artikel utama itu, terdiri atas dua yang mengulas soal wisata dan merupakan favorit saya. Dua lainnya masuk kategori sosial budaya, terkait penyaluran bantuan sosial dan penutupan jalan selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Tantangan Samber THR Kompasiana juga tanpa sengaja menghasilkan ide-ide kreatif dalam penyajian konten. Terutama yang menyangkut pembuatan menu masakan dan makanan selama Bulan Ramadan hingga Idul Fitri. Semua anggota keluarga jadi ikut berpikir, kira-kira apa yang pantas untuk disajikan.
Itu bagi saya sangat berarti dan meninggalkan kesan yang dalam. Sebab mampu membentuk kekompakan keluarga, selama di rumah. Coba bayangkan, kalau masing-masing sibuk di luar rumah, ada yang kerja, ada yang sekolah, mungkin akan sulit menyatukan pikiran, karena waktunya sudah habis oleh aktivitas sehari-hari.
Demikian juga di Hari Raya Idul Fitri, kebersamaan dengan keluarga sangat terasa. Salat Idul Fitri yang biasa terpisah tempat dengan istri dan anak perempuan, sekarang bisa berdekatan karena dilaksanakan di rumah.
Gagal mudik karena PSBB diperpanjang, tidak mengurangi kualitas komunikasi dengan saudara yang berbeda kota. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, mudik virtual pun bisa dilaksanakan dengan riang gembira. Ini juga sangat mengesankan, karena baru pertama kali terjadi.
Akhirnya di Hari Raya Idul Fitri yang suci ini, saya beserta seluruh anggota keluarga dari lubuk hati yang terdalam mengucapkan mohon maaf lahir dan batin. Semoga bisa menjalankan kehidupan berikutnya dengan hati yang suci. (Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H