puasa itu menggunakan patokan tahun Hijriyah. Tepatnya dilaksanakan pada awal Bulan Ramadan. Sementara, pada umumnya masyarakat Indonesia sudah terbiasa menggunakan penanggalan tahun Masehi. Tentu saja, awal puasa bakal bergeser terus pelaksanaannya jika menggunakan penanggalan tahun Masehi.
Pelaksanaan ibadahDampaknya, saat umat Muslim melaksanakan ibadah, seringkali berbarengan dengan perayaan Hari Keagamaan umat lainnya. Perayaan Hari Natal umat Kristiani di Indonesia pernah dilaksanakan di Bulan Ramadan. Hari Nyepi umat Hindu juga pernah bertemu dengan Bulan Ramadan. Termasuk perayaan Hari Waisak umat Budha, di tahun 2020 bertepatan dengan umat Muslim menjalankan ibadah puasa.
Lantas bertemunya Hari Suci antarumat beragama di bulan yang sama bisa menimbulkan friksi? Ya tidaklah! Dalam sejarahnya, kehidupan antarumat beragama di Indonesia sudah guyub dari zaman dulu. Ada tenggang rasa dan mengedepankan solidaritas. Sudah terjalin kepedulian sesama umat beragama.
Sudah bukan hal yang aneh, umat Muslim membantu masyarakat yang memeluk Budha. Pemeluk Hindu memperhatikan warga Kristiani. Jemaat gereja mengasihi warga Muslim. Semua masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan kebhinekaan. Beda agama bukan masalah. Masing-masing umat beragama, saling melindungi.
Keberasamaan dengan satu rasa Indonesia ini, pastinya muncul juga saat Hari Raya Waisak umat Budha bertepatan dengan pelaksanaan ibadah puasa umat Muslim di Bulan Ramadan. Bahkan, rasa Indonesia di tahun 2020 semakin menguat, mengingat ada efek sependeritaan dan sepenanggungan akibat melandanya virus corona di beberapa wilayah.
Semangat yang sama
Umat Muslim dan umat Budha pastinya punya semangat yang sama di bulan suci ini untuk segera mengakhiri serangan virus corona. Umat Muslim mengawali dengan perlawanan terhadap virus corona, tanpa menggelar salat berjamaah. Semua kegiatan yang biasa dilaksanakan di masjid, lebih dikhusyukan di rumah masing-masing. Salat berjamaah di masjid yang bisa mengumpulkan banyak orang, dianggap cukup riskan sebagai media penyebaran virus corona.
Di Bulan Ramadan tahun ini, masjid tidak menggelar salat Jumat berjamaah. Tradisi salat sunah Taraweh dan Witir yang biasa di dilaksanakan di masjid pun dialihkan ke rumah masing-masing. Semua dilakukan untuk memerangi pandemi covid-19 yang sudah banyak memakan korban jiwa.
Optimisme pemeluk agama Budha untuk mengakhiri wabah virus corona pun patut mendapat acungan jempol. Umat Budha sudah sepakat perayaan Hari Waisak 2564 Budhis Era (BE) dilaksanakan di rumah masing-masing. Puncak acara yang biasa diadakan di Candi Borobudur, tahun ini ditiadakan.
Pengorbanan yang dilakukan umat Budha itu sungguh mulia. Mereka tidak mengedepankan egoisme semata. Justru dengan menahan perayaan Hari Waisak yang bisa mengumpulkan massa, terselip optimisme mereka bahwa pandemi covid-19 di Indonesia bisa berakhir.
Para pemuka agama Budha (biksu) juga memahami akan hal ini. Mereka siap menyiasati siraman-siraman rohani kepada umatnya dengan memanfaatkan teknologi virtual. Penyampaian pesan keagamaan dilakukan secara online (daring). Sementara kegiatan keagamaan di vihara disepakati tidak lebih dari lima orang.