Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Istri Lagi Hamil, Cari Nafkah Makin Sulit

22 April 2020   11:19 Diperbarui: 22 April 2020   11:45 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aneka toping menjadi bumbu tambahan Surabi Baraya.(foto: dok. pribadi)

"Besok masih boleh jualan nggak ya?" begitu kalimat pendek keluar dari mulut Teh Irma, Selasa 21 April 2020.

Teh Irma yang selama ini jualan surabi (serabi) di halaman Masjid Baiturrahim, Kompleks Riung Bandung, sempat mendengar informasi bahwa hari ini Rabu 22 April 2020, tidak boleh lagi ada aktivitas berjualan yang bisa mendatangkan kerumanan orang.

Nyatanya betul, ada pengawasan dari anggota satuan polisi pamong praja (Satpol PP), yang siap membubarkan setiap terjadi kerumanan massa.

Warung-warung yang menyediakan sembilan bahan pokok (sembako) saja mulai sadar diri dengan tidak melayani pembeli. Sementara yang masih buka, memperketat antrean pembeli, dengan memasang pembatas tali rafia.

"Mohon maaf ya, ibu-ibu yang mau belanja, jangan berdesak-desakan. Harus menjaga jarak. Kalau masih terlihat berkerumun, saya ditegur sama Satpol PP," ujar Ibu Mety yang masih membuka warung sayurannya.

Surabi Baraya biasa mangkal di halaman Masjid Baiturrahim. (foto: dok. pribadi)
Surabi Baraya biasa mangkal di halaman Masjid Baiturrahim. (foto: dok. pribadi)
Sementara Teh Irma yang dikenal sebagai penjual Surabi Baraya, hari ini memilih untuk tidak berjualan. Dia kemarin masih ragu, antara terus melayani pembeli, atau diam di rumah saja.

Setali tiga uang, Kang Egi selaku suaminya Teh Irma, yang selama ini menjual bubur ayam keliling, akhirnya tidak melakukan aktivitas mencari nafkah. Kang Egi, justru lebih dulu tidak berjualan, mengingat sejumlah jalan di perumahan digembok.

"Percuma juga membuat bubur, mau dijual kemana? Sekarang sudah banyak jalan yang ditutup. Saya tidak bisa keliling. Entah sampai kapan kondisi seperti ini. Cari nafkah jadi semakin sulit," tutur Kang Egi.

Kang Egi dan Teh Irma, memang mengandalkan jualan bubur dan surabi untuk membiayai kehidupan sehari-harinya. Mereka berdua dikenal sebagai penjual Bubur dan Surabi Baraya.

Jika Kang Egi berjualan sambil keliling dari rumah ke rumah, sementara Teh Irma melayani pembeli surabi dengan mangkal di halaman masjid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun