batu bara dan kayu. Ada juga bongkar muat beras dan pupuk, tapi relatif sedikit.
Pelabuhan Cirebon memang pelabuhan niaga. Banyak bongkar muat barang dilaksanakan di sana. Frekuensi tertinggi, yakni bongkar muatPelabuhan Cirebon juga pernah disinggahi kapal penumpang milik Pelni. Cuma KM Ciremai kini tidak lagi mengangkut penumpang dari pelabuhan Cirebon.
Walau belum ditata secara optimal sebagai objek wisata, Pelabuhan Cirebon tetap menarik, utamanya warga pendatang. Warga pendatang yang datang ke Cirebon, biasanya pagi-pagi berburu kuliner sega jamblang.
Salah satu warung sega jamblang yang cukup terkenal, memang berlokasi di Pintu (Pos) Masuk 1 Pelabuhan Cirebon. Dari acara makan-makan (sarapan) di warung sega jamblang itu, warga dari luar Kota Cirebon kadang tertarik untuk masuk ke Pelabuhan.
Pelabuhan Cirebon terbuka untuk umum. Termasuk wisatawan yang ingin menikmati pantai Cirebon, bisa masuk lewat Pelabuan Muara Jati. Tiket masuknya sangat murah. Setiap wisatawan dikenakan tarif Rp 5.000,00. Walau murah, namun pengunjung dari luar kota masih sedikit. Kebanyakan yang datang ke sana wisatawan lokal.
Wisatawan jumlahnya makin meningkat ketika memasuki Bulan Ramadhan. Ini terkait dengan kebiasaan warga Cirebon, seusai melaksanakan shalat Shubuh, ramai-ramai berkunjung ke Pelabuhan Muara Jati untuk menikmati kemunculan matahari (sunrise). Karena banyak letak masjid yang dekat dengan pelabuhan, makanya jemaah cukup jalan kaki menikmati sunrise di pantai.
Di Bulan Ramadhan, biasanya jemaah shalat Shubuh yang datang ke Pelabuhan, berasal dari Masjid Raya At Taqwa, Masjid Merah Panjunan, Masjid Jagabayan Pasuketan dan masjid yang terdekat dengan Pelabuhan Cirebon, yakni Masjid An Nur.
Hampir di setiap Bulan Ramadhan, bisa dilihat pengunjug menyemut di pinggir pantai kawasan Pelabuhan Cirebon. Cuma, kemungkinan besar di Bulan Ramadhan tahun ini, tradisi menunggu kemunculan matahari seusai shalat Shubuh bakal tidak terlihat.
Jangankan untuk ramai-remai berkunjung ke pelabuhan, kemungkinan shalat berjamaah di masjid juga masih ada keraguan untuk dilaksanakan. Jika wabah virus corona dianggap masih berbahaya, sudah pasti shalat Shubuh berjamaah juga ditiadakan.
"Iya bakalan ada tradisi yang hilang di Bulan Ramadhan nanti. Nggak bisa menikmati matahari terbit seusai shalat Shubuh berjamaan. Tampaknya ada larangan juga untuk ramai-ramai datang ke pelabuhan di pagi hari. Padahal ini tradisi setahun sekali," kata Ismail warga Pekalangan.
Selain menikmati matahari pagi, sebenarnya banyak aktivitas lain yang bisa dilakukan di Pelabuhan Cirebon. Penggemar mancing bisa berburu ikan dengan memanfaatkan sela-sela kapal yang sedang bersandar.