Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Drakor Lawan Game Online, yang Kalah Kompasianer

7 April 2020   10:32 Diperbarui: 31 Juli 2024   15:03 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun TV Korea jadi tontonan utama selama stay at home. | dokpri

Apa yang dilakukan ibu-ibu selama stay at home. Tidak mungkin kan hanya berdiam diri saja. Pertama mungkin makin sibuk di dapur. Selesai itu, pasti melihat cucian dan tumpukan baju yang harus disetrika. Ada yang tidak mau berdiam diri, lantas membersihkan kaca-kaca jendela.

Selesai semua urusan itu, pilihannya pasti ingin berleha-leha di depan televisi. Selonjoran, istirahat, chanel TV favoritnya, apalagi kalau bukan stasiun-stasiun televisi Korea. Penggemar drama korea (drakor) akan mantengin cerita-cerita terbaru. Ada juga yang menyukai reality show, atau hiburan musik.

Budaya Korea memang mampu merasuk ke seluruh dunia. Terutama dalam dunia hiburannya, semua produk Korea kini jadi tontonan utama. Terutama kaum hawa, dari yang usia muda hingga lanjut usia, banyak yang hafal selebritas Korea. Tidak sedikit di antara mereka yang akhirnya lupa waktu karena terbuai cerita-cerita indah Korea

Sebagian di antara mereka mengangap apa yang disuguhkan TV-TV chanel Korea tidak begitu ribet. Mudah dipahami. Apa pun jenis hiburannya, langsung dimengerti. Para penggemar hiburan Korea, seakan tidak mau tahu apa yang terjadi sebenarnya dan dialami pelaku-pelaku hiburan di Koreanya sendiri.

Mereka mengabaikan hal negatif yang terjadi pada pelaku hiburan Korea dan muncul akibat tuntutan para penggemarnya. Semacam kasus depresi hingga  bunuh diri, diangap tidak mengganggu dan mengalir begitu saja. Semuanya hilang ketika sudah dibuai cerita-cerita drakor yang indah, atau penampilan boy band dan girl band yang mempesona.

Salah satu permainan game online. | dokpri
Salah satu permainan game online. | dokpri
Tak heran jika selama kebijakan diam saja di rumah diberlakukan, TV chanel Korea semacam TVN, KBS, Arirang dan K+ mengalami kenaikan rating. Khusus untuk suguhan drakor, kenapa  lebih disukai, ternyata alasannya sangat sederhana. Menurut sejumlah kaum hawa, drakor ceritanya/episodenya jarang yang panjang. Bahkan ada yang cukup 16 episode saja, sudah tamat.

"Jadi tidak capek nontonnya. Beda dengan sinetron-sinetron Indonesia. Ceritanya panjang sekali. Sudah gitu, alurnya berputar-putar. Kadang cerita diulang lagi. Kita tidak tahu kapan akan selesai. Kalau drakor ceritanya cepat habis," kata Melani, mahasiswi Unpad.

Dia menambahkan, sinetron Indonesia sudah episodenya panjang, ternyata tidak tamat lagi. Pakai acara bersambung segala. Ada bagian kedua atau sampai ketiga, capek deh.

Sementara seorang karyawati Eva mengatakan, cerita-cerita dalam drakor lebih mudah dipahami karena bumbunya tidak terlalu berbunga-bunga. Apa yang diceritakan masih bisa diterima nalar. Khayalannya tidak begitu diumbar. Tidak mengumbar mimpi-mimpi yang membuaikan.

Jangan diganggu
Makanya kalau kaum hawa lagi anteng nonton drakor jangan coba-coba mengganggunya. Urusannya jadi panjang. Biarkan mereka dengan dunianya. Cuma sekarang para penggemar drakor harus berhadapan dengan penggemar game online. Pelaku game online biasanya anak-anak muda.

Seperti halnya penggemar drakor, pelaku game online juga semakin menggila selama diberlakukannya stay at home. Anak-anak yang masih sekolah jadi punya waktu luang yang lebih bermain game online karena sekolah diliburkan. Tugas yang diberikan sekolah tidak terlalu banyak, pagi hari setelah ada kontak dari guru, saat itu juga kegiatan belajar selesai.

Siang hari sampai ke malam, seperti tidak ada kegiatan lain, hanya bermain game online. Sesama anak sekolah melakukan kontak dan permainan online pun dimulai. Berisiknya minta ampun. Teriakan saling mengingatkan dari pelaku game online, atau ocehan kekecewaan karena gagal melakukan misi, hingga sesekali terdengar umpatan kasar, jadi bukan barang aneh.

Kalau sudah demikian, maka akan terjadi friksi. Antara penggemar drakor dan pelaku game online akan saling pandang. Mereka merasa saling terganggu. Cuma jangan buru-buru dulu menarik kesimpulan. Mereka saling terganggu bukan karena yang pertama asyik nonton drakor hingga abai tugas di rumah, atau yang kedua sering mengeluarkan kata-kata umpatan.

Mereka saling terngganggu karena berebut kuota internet jaringan di rumah. Pelaku game online, kadang merasa permainannya terganggu karena ngeleg. Lemot sekali permainannya. Solusinya agar internet lancar kembali, harus dimatikan dulu. Memang jaringan internet setelah dimatikan akan normal kembali, namun karena dimatikan maka tontonan drakor pun akan terhenti sementara. Nah, kalau sudah demikian siapa yang menang dan kalah?

Tidak ada yang menang. Yang ada cuma yang kalah. Yang kalah, yakni Kompasianer. Karena jaringan internet kuotanya sudah jadi rebutan penggemar drakor dan pelaku game online, Kompasianer akhirnya gagal terus menayangkan tulisan dan foto lewat laptop! (Anwar Effendi)***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun