Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

(Koteka5Tahun): Ini Sarungku, Mana Sarungmu

6 April 2020   08:02 Diperbarui: 6 April 2020   09:02 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sarung Samarinda jadi kenangan terindah. (dokpri)

Rupanya dia pedagang sarung. Dia membawa tas ukuran sedang yang berisikan sarung aneka corak. Sementara tangan kanannya membawa tiga sarung yang masih dikemas dalam plastik. 

Kepada saya bapak tadi menawarkan sarung dengan nada memelas. Saya sempat tak menghiraukannya, karena dipikir-pikir mengapa harus beli sarung, karena di Bandung juga banyak.

Namun bapak tadi begitu gigih membujuk saya. Dan ada kata-kata dari dia yang membuat saya terhenti dan memperhatikannya. "Pak beli sarung ini. Biar besok bisa shalat Jumat pakai sarung," katanya.

Dalam hati saya bergumam. Betul juga besok hari Jumat. Celana panjang yang saya kenakan hari ini belum tentu bersih dan suci. Akhirnya saya mulai tergoda oleh tawaran pedagang sarung. Sambil iseng saya bertanya berapa harga sarung itu.

"Biasanya saya jual 200 ribu. Tapi ke bapak biar cuma 150 ribu saja," katanya.

Gubraaaak. Beli satu sarung Rp 150.000,00? Di Bandung saya biasa beli sarung cuma Rp 30.000,00.

Kepalang sudah bertanya dan melihat mimik bapak penjual sarung yang memelas, saya sebenarnya sedikit terpaksa membeli sarung tersebut. Tapi ingat pesan orangtua, biasakan niat menolong orang, jangan berpikir macam-macam.

Jadilah saya membeli satu sarung. Saya sengaja memilih corak yang agak kalem, walau kalau dibandingkan dengan sarung-sarung di rumah, tetap saja terlihat mencolok. Keesokan harinya, saya buka kemasan sarung. Saya agak kaget, kok bahannya agak keras ya. Jangan-jangan saya tertipu, sarung macam apa ini.

Namun, saat saya kenakan dan berangkat ke Masjid Islamic Center Samarinda ungtuk shalat Jumat, diluar dugaan sarung itu terasa adem. Saya nikmat sekali mengenakannya. Sampai sekarang saya masih suka memakai sarung yang sudah berusia 12 tahun itu. Inilah sarungku, mana sarungmu.(Anwar Effendi)***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun