"Bahkan hasil panen kadang tidak bisa memenuhi pihak pemesan. Sejumlah pihak sudah melakukan pemesanan dalam jumlah banyak, sementara panen daun kelor jumlahnya masih sedikit. Ini juga terbatas oleh lahan yang tersedia. Padahal banyak juga masyarakat yang melakukan penanaman di lahan dekat rumahnya," tutur Budhiana.
Mengapa daun kelor kini banyak peminatnya? Budhiana menjelaskan, selain bisa diseduh semacam daun teh, atau rebusan airnya bisa diminum langsung, daun kelor bisa jadi campuran segala macam masakan. Campurkan daun kelor ke masakan sop atau sayur asam, atau sayur bayam, pokoknya apa saja, bisa menjadi penyedap dan menghasilkan nutrisi terbaik.
Menurut Budhiana, sampai bulan Januari 2018, terdapat lebih 1.200 penelitian tentang kelor. Penelitian itu dilakukan di berbagai negara Asia, Afrika, Australi, Eropa, dan Amerika. Intinya, selain memiliki nilai gizi yang tinggi, kelor bisa jadi bahan baku pengobatan. Tidak heran jika beberapa negara berlomba untuk menanam kelor.
Khasiat kelor, lanjut Budhiana, belum banyak yang tahu. Jadi tanaman ini kadang dipandang sebelah mata. Padahal kelor kaya akan vitamin, mineral, kalsium, protein, dan asam amino. "Kandungan vitamin C daun kelor 7 kali lipat daripada jeruk. Â Vitamin A-nya 4 kali lipat lebih besar daripada wortel. Kalsiumnya 4 kali lipat dari susu. Potasiumnya 3 kali lipat dari pisang. Zat besinya 3 lipat dari sayuran bayam," kata Budhiana menjelaskan.
Manfaat kalau kita mengonsumsi daun kelor, yakni bisa melawan kanker, mengatasi diabetes, mencegah peradangan tubuh, mengurangi kolesterol, mengobati cacingan dan membantu pencernaan (masalah lambung).
Selain itu tubuh menjadi kebal, menurunkan berat badan, memperbaiki kinerja ginjal, mengobati pembengkakan, menyembuhkan radang gusi dan sakit gigi.
Daun kelor juga bisa meningkatkan produksi air susu ibu (ASI), mengatasi insomnia, merangsang pertumbuhan rambut, menyehatkan kulit, dan mengobati jerawat.
"Begitu banyak manfaat yang ada di daun kelor. Lantas mengapa kita masih mengabaikan daun kelor?" pungkas Budhiana.(Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H