Mohon tunggu...
Herman RN
Herman RN Mohon Tunggu... -

Menyukai buku, terutama budaya dan sastra. Masih belajar menulis dan terus belajar serta belajar terus.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melirik Pesta Nikah di Narathiwat Thailand

30 Maret 2014   05:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:18 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_301122" align="alignleft" width="300" caption="pengantin laki di hadapan imam"][/caption]

RATUSAN kursi plastik warna biru sudah disusun di halaman rumah. Setiap kursi ditata melingkari sebuah meja bundar. Per meja ada enam kursi. Sedikitnya, ada empat tenda teratak yang memayungi kursi-kursi itu. Semua dipersiapkan untuk menyambut tetamu.

Di samping kanan rumah terdapat sebuah tenda lainnya, tempat kaum ibu berkumpul. Ada yang mengupas bawang, mengiris mentimun, mengelap piring, dan sebagainya. Di rumah itu akan ada pesta nikah (walimah ursy). Pesta sederhana dengan adat Melayu di Sempadan Selatan Thailand. Orang-orang setempat menyebutnya dengan adat Melayu Patani.

Segala persiapan kenduri dilakukan secara tradisional. Pelakon kerjanya adalah orang-orang kampung, tua-muda, laki dan perempuan. Kerja tuan rumah hanya menerima laporan dari orang-orang kampung yang bekerja. Laporan itu antara lain semisal kelapa masih kurang, paku belum ada, pisau/parang belum cukup, dan lain-lain. Singkatnya, tuan rumah adalah penyiap segala kebutuhan, sedangkan yang bekerja adalah orang kampung.

Sejak sehari sebelum pesta, gotong royong (Aceh: meuseuraya) oleh orang-orang kampung sudah tampak. Demikian malam harinya. Sekumpulan bapak-bapak berkumpul di tempat yang telah disediakan. Di sana, mereka mencincang daging lembu yang sudah disembelih.

Sebagian orang bertindak memotong tulang-tulang lembu tersebut, sebagian lainnya mencincang daging, dan sebagian lain memanaskan air. Beberapa orang memang tampak duduk-duduk saja. Ia perhatikan kerja orang-orang yang mencincang daging lembu tersebut hingga tiba giliran menggantikan yang sudah lelah.

Memasak jadi tugas kaum ibu. Sejak malam itu, mereka memasak untuk persiapan esok hari. Keesokan harinya, sebagian masakan tinggal dipanaskan saja, kecuali untuk beberapa jenis masakan, semisal ikan asin goreng.

Nasi bungkus

Nasi yang sudah dimasak dibungkus dengan plastik gula 2 kilogram. Nasi bungkus itu diletakkan di atas talam bersama enam buah piring. Umumnya, satu talam ada tiga bungkus nasi. Nasi-nasi itulah yang dihidangkan ke hadapan tetamu dan undangan.

Setiap tamu akan menuangkan nasi dari bungkus plastik ke dalam piringnya masing-masing. Satu plastik cukup untuk dua orang. Jika mereka butuh nasi tambah atau ada sesuatu lainnya yang masih kurang, tetamu boleh meminta lagi. Bertindak sebagai tukang angkat dan hidang nasi serta kuah ke hadapan tamu-tamu adalah kelompok anak muda laki-laki.

Hal yang tidak pernah ketinggalan dalam talam lauk adalah mentimun dan sambal terasi. Bagi orang Melayu Patani, mentimun dan sambal terasi adalah lalap yang mesti ada. Tidak hanya di rumah kenduri, di warung-warung nasi sepanjang jalan pun selalu disiapkan mentimun. Mentimun yang sudah dipotong-potong itu dicicah bersama sambal terasi. Makanan ini jadi salah satu khas tiga daerah dalam wilayah Patani: Narathiwat, Pattani, dan Yala.

Selain itu, yang menjadi khas tiga daerah ini adalah namplau. Namplau merupakan es kosong di dalam gelas. Musim hujan maupun kemarau, setiap gelas untuk tetamu akan diberi es kosong. Adapun air putihnya sudah disediakan dalam ceret di atas meja. Tetamu tinggal menuangkan air putih ke dalam gelas mereka.

Jika makanan khasnya adalah mentimun dan sambal terasi, boleh dikatakan pula bahwa minuman tradisional daerah ini adalah namplau.Nyaris setiap tempat, mulai di rumah kenduri, di tempat peresmian sekolah, sampai di warung-warung makan, dua hal ini (namplau dan mentimun) selalu ada.

Penganan lainnya yang tidak ketinggal di rumah-rumah kenduri adalah pulut. Selain pulut kuning, di sini juga disediakan pulut coklat, yang rasanya sangat manis. Pulut kuning biasanya dihidangkan bersama ikan sambal lado. Orang akan menyantap pulut kuning itu seperti makan nasi, dengan lauknya ikan sambal lado.

Hidangan ini biasanya untuk pagi hari. Jikapun dihidangkan siang atau malam, biasanya untuk cuci mulut. Demikian pagi pesta itu. Rombongan pengantin lelaki (lintô barô) sampai di rumah dara barô pagi-pagi sekali. Akad nikah dilangsungkan di rumah dara barô. Bersama lintô barô hadir pak imam, kepala kampung, orangtua/wali. Ijab qabul dilafazkan oleh lintô kepada orangtua dara barô. Adapun dara barô masih disembunyikan dalam kamar.

Selepas akad nikah, rombongan kecil lintô barô disuguhi hidangan pulut kuning. Selesai makan pulut kuning, rombongan lintô pulang ke rumah/kampungnya. Ia kembali ke rumah dara barô menjelang makan siang, sekitar pukul 11.00 bersama rombongan yang lebih besar. Saat itu pula, tetamu dan undangan dari pihak mempelai perempuan berdatangan.

Pelaminan diletakkan di luar rumah. Pelaminannya sederhana, dihiasi bunga-bunga kertas sekeliling. Tak ada tempat duduk. Pelaminan itu hanya dibuat untuk berdiri bersalaman. Di sanalah kedua pengantin berfoto bersama sanak-famili.

[caption id="attachment_301123" align="alignright" width="240" caption="foto di depan pelaminan"]

1396108024224564461
1396108024224564461
[/caption]

Sebagai adat Melayu, satu hal yang tidak tampak hari itu, yakni berbalas pantun. Setahu saya, pantun hidup sebagai reusam Melayu sejak lama. Mungkin saja di tempat lain masih ada berbalas pantun. Mungkin saja di rumah itu tidak ada ahli pantun atau memang disepakati oleh kedua pihak keluarga tidak perlu menggunakan berbalas pantun.

Terlepas dari itu semua, seremonial adat pernikahan dan adat pesta di sana tidak jauh berbeda dengan di Aceh. Hanya saja, di Aceh kegiatan meuseuraya di rumah-rumah orang walimah sudah mulai luntur seiring masuknya hidangan ala prasmanan. Beda lainnya, mahar yang digunakan di Patani bukan emas, melainkan uang tunai.[]
oleh: Herman RN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun